Dilansir dari www.umy.ac.id, pemberitaan buruk lebih banyak mendominasi pemberitaan di Indonesia karena kita lebih cenderung menyukai dan cepat merespon berita-berita negatif daripada berita yang bermuatan positif.
Otak kita secara bawah sadar merespon dan mengolah lebih cepat berita-berita bermuatan negatif dibandingkan berita-berita yang bermuatan positif, hal ini dikenal dengan nama Negativity bias.
Baca Juga:
Misteri Tewasnya Jurnalis di Tanah Karo: Diduga Dibakar karena Beritanya?
Ada opini yang beranggapan bahwa negativity bias ini sudah ada sejak zaman dahulu, hal-hal yang cenderung buruk atau berbahaya lebih cepat direspon oleh otak kita karena hal tersebut dianggap mengancam keselamatan kita.
Hal inilah yang membuat otak kita secara alamiah lebih memperhatikan berita yang bermuatan negatif daripada berita yang bermuatan positif.
Pemberitaan dengan unsur negatif memang tidak dapat dipungkiri selalu memberikan pandangan yang cukup menarik bagi sebagian orang daripada berita dengan muatan positif.
Baca Juga:
Ketua LADN Taput Imbau Hentikan Sebar Berita Hoaks dan Ajak Turut Ciptakan Pemilu Damai 2024
Bahkan, apabila pemberitaan tersebut semakin negatif muatannya justru akan semakin menarik bagi minat orang awam.
Sering Dibumbui Beragam Kepentingan
Pemberitaan yang cenderung negatif tentunya memiliki beragam faktor lain, salah satunya yakni faktor kepentingan tertentu.