"Indonesia Digital Vision ini memiliki misi untuk mendesain dan mengembangkan kebijakan di sektor digital," kata Menteri Budi Arie Setiadi.
"Kita juga memiliki National Digital Transformation Index yang dirangkum dari 110 indikator dengan melibatkan 20 kementerian dan lembaga serta 486 lembaga regional. Indeks ini mengumpulkan data perkembangan transformasi digital dari berbagai aspek termasuk dari sektor infrastruktur, pemerintahan, ekonomi, sosial, dan ekosistem digital," paparnya.
Baca Juga:
Akreditasi Unggul, FKG Universitas Moestopo Telah Hasilkan 4.721 Dokter Gigi
Keseluruhan langkah yang dilakukan itu sangat penting karena transformasi digital tidak hanya tentang adopsi teknologi, tetapi juga tentang mengubah cara kita berpikir, bekerja, dan berinteraksi.
Inovasi yang didorong oleh teknologi telah memaksa perubahan dalam budaya organisasi, memunculkan kolaborasi yang lebih terbuka, respons yang lebih cepat terhadap perubahan, dan pemikiran yang lebih kreatif.
Kebutuhan akan pemikiran yang adaptif dan keterampilan teknologi telah menjadi semakin penting, tidak hanya dalam dunia bisnis, tetapi dalam hampir setiap industri.
Baca Juga:
Kejaksaan Agung dan FIKOM Universitas Moestopo Jajaki Kerjasama Strategi Komunikasi Publik
Karena itulah, peran akademisi menjadi penting. Konferensi ini bisa menjadi pembuka jalan diskusi karena melibatkan akademisi-akademisi dari berbagai negara. Konferensi yang kali ini digelar di Universitas Moestopo tersebut mengundang Dr. Marissa Chantamas, yang merupakan Dean Albert Laurence School of Communication Arts Assumption University of Thailand; Dr. Sonali Agarwal yang merupakan Associate Professor Information Technology Department of the Indian Institute of Information Technology Allahabad, Prayag'raj, India.
Tak hanya itu, hadir pula Prof. Dato' Dr. Hasnah Hj. Haron, dari Faculty of Economics and Muamalat Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), Malaysia; dan Malliga Marimuthu, dari La Trobe Business School, La Trobe University, Melbourne, Australia.
Kehadiran akademisi-akademisi internasional itu sangatlah penting untuk membuka dialog antarakademisi. Sebab meskipun transformasi digital menawarkan sejumlah besar peluang, ada pula tantangan yang harus diatasi.