WahanaNews.co | Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengapresiasi inovasi "Biochar Three In One" (Biotron) yang dihasilkan Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, Kalimantan Selatan, yang diharapkan dapat membantu petani mengatasi kelangkaan pupuk kimia.
"Biotron jadi bagian kita menghadirkan pupuk organik dan menjadi salah satu upaya kita meningkatkan produksi pangan tanpa ketergantungan dengan pupuk kimia. Temuan atau inovasi lain akan kita dorong, seperti 'smart farming'," kata Yasin Limpo dilansir Antara di Jakarta, Rabu (28/06/23).
Baca Juga:
Mentan Andi Amran Ungkap Arahan Swasembada Pangan
Menurut dia, hadirnya Biotron menjadi solusi di tengah kondisi harga pupuk yang mahal dan terbatasnya anggaran pemerintah untuk subsidi.
Mentan mengatakan saat ini tantangan pembangunan pertanian kian besar. Selain adanya perubahan iklim, juga terjadi degradasi lahan, sarana produksi terbatas, pupuk kimia kian mahal, dan produksi tidak efisien dengan penurunan produktivitas lahan.
"Karena itu, sekarang ini kita tidak bisa lagi dengan cara lama, tapi harus sudah menggunakan cara baru dalam meningkatkan produksi pangan. Dengan jumlah penduduk kita mencapai 280 juta jiwa, hadirnya pertanian yang makin maju, makin modern, dan mandiri akan sangat berarti karena penduduk Indonesia sangat besar," tuturnya.
Baca Juga:
Resmi Dilantik, Kementan Siap Berjuang untuk Indonesia Daulat Pangan
Dia mengakui hadirnya Biotron menjadi salah satu pilihan dan mutlak dilakukan di tengah jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan pentingnya ketersediaan pangan. Apalagi pangan dunia dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
"'Climate change', degradasi lahan, dan El Nino ada di depan mata kita. Dengan pendekatan "scientific" dan teknologi baru menjadi mutlak harus kita lakukan untuk meningkatkan produksi pangan," tegasnya.
Berdasarkan tren pertumbuhan pertanian, ia mengungkapkan dalam tiga tahun ketika sektor lain dalam posisi merah, justru pertanian dalam posisi hijau atau tumbuh positif.
“Pertanian masih menjadi andalan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menambahkan Biotron merupakan perpaduan antara biochar dengan pupuk organik dan agen hayati.
Dia mengatakan fungsi Biotron adalah nantinya menyediakan oksigen, menyediakan air dan menyediakan nutrisi. Dengan demikian Biotron akan menjadi rumah bagi mikroba penyubur tanah.
Kemudian pupuk organik akan membantu memperbaiki struktur dan PH tanah. Lalu agen hayati berfungsi mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan.
”Pupuk hayati akan memasak bahan makanan bagi tanaman sehingga bisa langsung dimakan tanaman. Itulah fungsi Biotron. Paling penting adalah Biotron akan membantu menyuburkan lahan dan mengurangi penggunaan pupuk kimia 40-50 persen,” tuturnya.
Dari hasil uji coba penggunaan Biotron mampu meningkatkan hasil tanaman. Implementasi Biotron memang harus diberikan secara bertahap sebanyak 6-7 ton/tahun selama tiga musim.
Dengan demikian, dalam tiga tahun tercapai dosis optimal sebanyak 20 ton/ha sehingga mampu mengurangi pupuk kimia 40-50 persen.
Perkiraannya, jika pemerintah harus mengalokasikan pupuk subsidi tahun 2023 sebanyak 9,01 juta ton atau senilai Rp20,7 triliun, maka dengan aplikasi Biotron akan ada penghematan pupuk subsidi Rp8,28 triliun hingga Rp10,35 triliun.
Hasil uji coba di lokasi "food estate" di Dadahup, Kalimantan Tengah, penggunaan Biotron mampu meningkatkan hasil padi di lahan rawa dari 2,1 ton/ha menjadi 3,7 ton/ha. Sedangkan di lahan irigasi ada kenaikan produktivitas dari 5,8 ton/ha menjadi jadi 7 ton/ha atau naik sekitar 21 persen.
“Saat ini kita sudah diseminasi Biotron melalui Program Genta Organic di 1.020 kelompok tani dan 100 kabupaten di 33 provinsi. Dalam proses diseminasi memang tidak bisa cepat dan perlu waktu,” ungkap Dedi.[sdy]