WahanaNews.co | Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko membuka Festival Pasola di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, Jumat (27/2/2022).
Dalam kesempatan itu Moeldoko mengingatkan agar tidak ada pihak yang mengusik budaya atas nama apapun di Tanah Air.
Baca Juga:
KSP Kawal Kasus Pembakaran Rumah Wartawan Rico Pasaribu
“Budaya jangan diusik atas nama apapun,” kata Moeldoko sebagai mana dikutip dalam siaran pers Kantor Staf Kepresidenan.
Pernyataan Moeldoko tersebut didukung Jaringan Mubalig Muda Indonesia (Jammi). Jammi mendukung pernyataan Moeldoko mengenai sebagai upaya pelestarian sekaligus merawat ragam kebudayaan Indonesia.
Koordinator Nasional Jammi Irfaan Sanoesi mengapresiasi kehadiran Ketua KSP menghadiri Festival Pasola di Sumba, Nusa Tenggara Timur, Jumat (25/2/2022). Dia mengemukakan bahwa Moeldoko menyampaikan pesan yang tegas kepada siapapun yang hendak mengusik kekayaan dan ragam budaya Indonesia.
Baca Juga:
Moeldoko Bantah Ada Arahan dari Istana Agar KPK Proses Hasto PDIP
"Pak Moeldoko memberi pesan kuat untuk tidak mengusik budaya Indonesia atas nama apapun," tegas Irfaan melalui keterangan, Minggu (27/2/2022).
Irfaan mengemukakan bahwa Islam hadir melalui jalur damai di Indonesia. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan cara akulturasi budaya, bukan dengan peperangan.
"Jalur (budaya) ini yang membedakan Islam masuk ke Indonesia lebih mudah diterima sehingga masyarakatnya menganut Islam. Berbeda dengan beberapa negara lain, Islam masuk melalui invasi yang tak jarang menumpahkan darah," terangya.
Dia melanjutkan bahwa pesan Moeldoko ini mengingatkan kepada seorang ulama yang mengharamkan wayang. "Jelas ustaz itu tidak paham sejarah Islam Indonesia sehingga dengan ringan memberi label haram pada budaya kita," tegasnya.
Irfaan mengilustrasikan sejatinya para wali (ulama) kita terdahulu mengutamakan diplomasi budaya daripada menggunakan label halal-haram yang hitam-putih.
"Sunan Kalijaga misalnya, wayang menjadi media dakwah yang ramah dan asyik. Sehingga masyarakat lambat laun menganut agama Islam. Sebab itu, masyarakat Indonesia didominasi penganut Islam. Karena Islam dikenal rahmahnya, bukan marahnya," jelasnya.
Dia menegaskan bahwa syiar Islam dapat ditegakkan dengan cara santun, beradab, dan damai melalui budaya.
"Islam sangat menghormati adat istiadat atau budaya. Maka tak heran kalau terdapat kaidah ushul fikih yang menyatakan al-'adah muhakkamah. Artinya adat istiadat bisa menjadi sumber hukum dalam Islam. Maka siapa saja yang mengharam-haramkan adat istiadat atau budaya kita, memang dia tidak paham dan tidak mengaji," pungkasnya. [qnt]