WahanaNews.co | Upaya menekan impor beras terus dilakukan BUMN di sektor pangan.
Produksi beras dalam negeri pun terus
ditingkatkan.
Baca Juga:
Ombudsman RI: Pemerintah Diminta Kaji Ulang Kebijakan Impor Beras
Direktur Utama PT Rajawali Nusantara
Indonesia (Persero) atau RNI, Arief Prasetyo, menyebut, impor beras merupakan alternatif terakhir pemerintah,
sebab stok beras dalam negeri masih terpenuhi.
RNI sendiri sudah memproduksi 31 juta
ton beras yang digunakan untuk kebutuhan konsumsi masyarakat.
"Impor (beras) itu alternatif
terakhir, hari ini kita kelebihan beras. Produksi beras itu kita sudah 31 juta
ton. Nantinya itu untuk kebutuhan," ujar Arif, dalam
konferensi pers, Kamis (19/8/2021).
Baca Juga:
Pemerintah Bakal Impor 3 Juta Ton Beras di 2024
Meski menjadi jalan terakhir, Arif tak
mengelak bahwa ada jenis beras tertentu yang harus di-supply dari
negara lain.
Langkah itu untuk memenuhi kebutuhan
para pelaku bisnis, seperti restoran dan hotel.
"Impor itu hanya beras-beras
khusus yang tidak ada di Indonesia, yang digunakan di hotel, restoran,
mau makan nasi kebuli dan lain-lain ya, itu berasnya harus impor, dan kita belum
produksi di Indonesia," katanya.
Saat ini, perusahaan pelat merah terus
meningkatkan daya produksi pangan dasar tersebut.
Tercatat, ada jenis beras Jepang yang
sudah diproduksi RNI.
Bahkan, Arif mengklaim kualitas
berasnya mendekati beras impor.
"Tetapi ada beberapa
beras yang bisa diproduksi di Indonesia, seperti
beras Jepang, itu bisa kita produksi di Indonesia. Jadi beras itu sudah bisa,
kualitasnya juga mendekati kualitas beras impor, dan itu
sudah bisa dikerjakan di Indonesia," tutur dia. [dhn]