“Pemerintah tidak bisa lagi menunda langkah-langkah konkret di kota-kota besar. Masalah sampah bukan persoalan lokal semata, melainkan ancaman lintas wilayah. Kota satelit seperti Tangsel sudah mengambil peran. Sekarang giliran kota-kota besar lainnya menyusul,” kata Tohom.
Ia juga menekankan perlunya sinkronisasi lintas sektor dan pengawasan yang melibatkan masyarakat sipil agar pembangunan PLTSa berjalan efisien, transparan, dan ramah lingkungan.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Dukung Pembangunan PLTSa di 33 Kota, Ubah 70 Juta Ton Sampah Jadi 6.000 MW Listrik Per Tahun
“Jangan sampai proyek besar ini hanya jadi infrastruktur mati atau menambah beban fiskal daerah. Harus ada komitmen bersama dari Kementerian ESDM, KLHK, dan Pemda untuk menjamin operasionalisasi berkelanjutan,” ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Maharaksa Biru Energi Tbk, Bobby Gafur Umar, mengungkapkan bahwa proyek PSEL Cipeucang ditargetkan mulai konstruksi awal 2026 dan saat ini sedang menunggu penunjukan formal dari Wali Kota Tangsel.
“Kami berharap ground-breaking bisa tahun ini. Teknologi MGI yang kami gunakan terbukti tidak menghasilkan asap maupun bau, dan telah lama diterapkan di Singapura,” jelas Bobby.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Minta Pemerintah Kaji Ulang Biaya Produksi Energi dari Sampah agar Tak Bebani Konsumen
Ia menambahkan, proyek dengan skema Build-Operate-Transfer (BOT) ini akan berlangsung selama 27 tahun dan diharapkan menjadi salah satu proyek percontohan pengelolaan sampah modern di Indonesia.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.