WahanaNews.co | Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati membeberkan sejumlah hal yang mendorong perolehan laba bersih pada tahun 2022 sebesar US$ 3,81 miliar.
Nilai laba bersih setara dengan Rp 56,61 triliun itu seiring dengan pencapaian pendapatan tertinggi sepanjang sejarah berdirinya BUMN yang bergerak di sektor minyak dan gas tersebut.
Baca Juga:
Menteri Keuangan Sri Mulyani: Subsidi Energi APBN Diperkirakan Meningkat pada 2024
Nicke menyebutkan, laba perseroan pada tahun 2022 itu melonjak hingga 86 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 2,05 miliar atau sekitar Rp 29,3 triliun.
“Tahun 2022 bisa kita tutup dengan kinerja tertinggi dalam sejarah Pertamina. Kita membukukan keuntungan US$ 3,81 miliar ekivalen Rp 56,61 triliun, revenue meningkat 48 persen menjadi US$ 85 miliar, jadi ini sekitar sepertiganya dari APBN," kata Nicke dalam konfererensi pers di Jakarta, Selasa, 6 Juni 2022.
Lebih lanjut, Nicke memaparkan pendapatan Pertamina secara keseluruhan sepanjang tahun 2022 sebesar US$ 84,89 miliar atau setara Rp1.262,34 triliun.
Baca Juga:
Kementerian ESDM Ungkap Harga Minyak Mentah RI Turun di Bulan Juni
Sedangkan untuk Pendapatan Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi dan Amortisasi atau EBITDA sebesar US$ 13,59 miliar atau setara Rp 202,14 triliun. EBITDA Perseroan tercatat naik 47 persen secara tahunan (yoy).
Ia pun memastikan bahwa pencapaian tersebut bukan disebabkan karena windfall atau pengaruh lonjakan komoditas harga minyak mentah Indonesia atau ICP. Perbaikan kinerja tersebut, kata Nicke, adalah karena faktor kontribusi para staf dan keberhasilan perusahaan menekan berbagai biaya (cost).
“Ada yang mengatakan, oh ini kan karena pengikatan karena ICP, kalau dikatakan bahwa kurs itu tinggi, kita pernah mengalami kurs tinggi juga di beberapa tahun. Kita ICP juga pernah di atas 100, tapi pencapaian tidak demikian," tutur Nicke.
Sebagai gambaran, ia mencontohkan, keberhasilan Pertamina memangkas biaya terlihat pada perbandingan kinerja di tahun 2022 dengan 2012 dan 2014 lalu.
"Kalau kita lihat, persen dari biaya di tahun 2012, tahun 2014 sekitar 93-94 persen. Tapi di tahun 2022 ini hanya 89 persen. Itu ada penghematan 4 persen sampai 5 persen," ujarnya.[eta]