WahanaNews.co | Perwira tinggi TNI AL berdarah Batak ini dipercaya memimpin Satuan Tugas Laut (Satgasla) untuk menjamin keamanan di sektor laut saat perlehatan G20 tahun 2022 di Bali beberapa waktu lalu.
Dia adalah Laksamana Muda (Laksda) TNI T.S.N.B. Hutabarat yang mendapat kepercayaan dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa memimpin 14 kapal perang untuk mengamankan G20 di sektor laut.
Baca Juga:
Irjen TNI Buka Pelatihan BHD dan Screening Jantung Bagi Personel TNI
Laksda Hutabarat akat sapaan akrabnya Chokky merupakan Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) II bermarkas di Surabaya. Wilayah yang menjadi tanggung jawabnya meliputi, wilayah perairan dan yurisdiksi Indonesia yang membentang di Kalimantan, kecuali Pontianak; Sulawesi, Pulau Jawa, mulai perbatasan Cirebon ke arah Timur dan seluruh wilayah Timur Indonesia kecuali Maluku dan Papua.
Dengan segudang pengalaman yang dimiliki, pantas saja ia dipercayakan memanggul posisi Komandan Satgasla.
“Dukungan dan perhatian KSAL, Laksamana TNI Yudo Margono sangatlah luar biasa. KSAL mengarahkan agar seluruh kekuatan Satgasla dilengkapi dengan rudal, torpedo, bom laut, roket anti kapal selam dan amunisi penuh pada setiap meriam kapal,” ujar Laksda Cokky dalam keterangannnya, Jumat 25 November 2022.
Baca Juga:
Panglima TNI Mutasi 256 Perwira Tinggi, 23 di Antaranya Bawahan Prabowo
Bukan hal baru bagi Cokky membawahi puluhan kapal ketika dipercaya menjadi Komandan Satgasla. Pada 2016, ia dipercaya sebagai Dansatgas Multilateral Naval Exercise Komodo yang dilaksanakan di perairan Padang dan sekitarnya.
Saat itu, kegiatan yang dilaksanakan adalah Fleet Review, Western Pacific Naval Symposium (WPNS), dan Latihan Maritime Peace Keeping Operation yang melibatkan 50 kapal, dengan keterlibatan Angkatan Laut dari 39 negara. Latihan Mutilateral angkatan laut ini merupakan kegiatan latihan militer pertama yang ditinjau bahkan dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Cokky juga merupakan salah satu tokoh di balik pengusiran kapal China yang melintas batas memasuki wilayah Indonesia di Laut Natuna Selatan. Saat Cokky menjabat Komandan Guspurla Koarmabar, pada 23 Juni 2016, terjadi penembakan terhadap kapal nelayan China oleh Kapal Perang Indonesia.
Peristiwa tersebut membuat Presiden Jokowi menggelar rapat dengan berlayar di Laut Natuna Utara di atas KRI Imam Bonjol-383 yang berada di bawah komando Cokky. Kemudian, saat menjadi Deputi Operasi dan Latihan Badan Keamanan Laut (Bakamla) pada 2020, juga terjadi pengusiran kapal China Coast Guard oleh unsur Bakamla.
Presiden Jokowi kembali hadir meninjau kekuatan TNI AL dan Bakamla yang beroperasi di sekitar Kepulauan Natuna. Sepak terjang Cokky lainnya yakni pada pada 7 September 2022, ketika salah satu Pesawat Bonanza T-2503 mengalami kecelakaan dan jatuh di Selat Madura, Cokky yang telah menjabat Pangkoarmada II sigap dan profesionalisme.
Di bawah kepemimpinannya yang turut terjun ke lapangan, pesawat Bonaza dengan dua korban pilot yang berada di dasar laut, tak lebih dari 24 jam, berhasil ditemukan dan dievakuasi ke atas geladak Kapal KRI Soputan-923.
Cokky mengungkapkan strateginya dalam memimpin Satgasla G20. Pertama, menyiapkan sektor patroli di sekeliling Pulau Bali. Jadi, selain 14 kapal perang yang memagari perairan Hotel Apurva, Laksda Cokky tetap mengoperasikan kapal perang lain untuk berpatroli.
Kedua, sarjana Defence Studies, University of New South Wales, Australia ini juga membentuk layer-layer pengamanan, khususnya di lokasi-lokasi strategis. Ketiga, memantau kapal Fery antarpulau yang datang dan pergi menuju Pulau Bali serta memeriksa perahu-perahu dan nelayan yang mencurigakan.
Keempat, tambah Abituren Akademi Angkatan Laut (AAL) 1989, yakni mengawasi kapal-kapal yang melintas di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Pola operasi yang dilakuan telah memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu kemampuan surveilance dan pemantauan dari Puskodal TNI AL serta VTS.
"Satgasla harus menjaga keamanan G20 dan menegakkan kedaulatan, hukum dengan kondisi yang berbeda dibanding Satgas lainnya. Tugas yang dijalankan Satgasla bukan hanya di wilayah teritorial Indonesia, melainkan di wilayah atau rezim laut yang merupakan sovreignty (kedaulatan penuh) dan sovreignt right (hak berdaulat)," katanya.
Magister Strategi dan Kampanye Militer, Universitas Pertahanan (Unhan) ini menambahkan, keamanan peserta G20 harus terjamin, sehingga harus ada pembatasan dari pihak yang mendekat. Namun, di sisi lain kebebasan kapal yang melintas juga harus dijamin kebebasannya untuk melintas di ALKI dengan aman.
Gelaran G20 kali ini dihadiri para Kepala Negara, Kepala Pemerintahan atau Delegasi Organisasi tingkat dunia. Mereka disuguhi dengan belasan kapal perang yang berpatroli rapi pada sisi selatan atau sisi laut Apurva Hotel, lokasi kegiatan G20.
Belasan kapal perang bukan hanya kelas Frigate dan Corvet. Namun, juga ada kapal Latih Layar; KRI Bima Suci. KSAL juga ikut turun langsung mengecek kesiapan pasukan dan persenjataan kapal yang dilakukan di Surabaya pada 4 November 2022 lalu. [ast]