WahanaNews.co | Bendungan Bener menjadi proyek yang membuat geger warga di Desa Wadas, yang berjarak 10 kilometer dari pembangunan Bendungan Bener di Purworejo, Jawa Tengah.
Desa Wadas menjadi titik inti pembangunan, lantaran batuan andesit sebagai material pembangunan bendungan dipasok dari sana.
Baca Juga:
Seorang Warga Desa Wadas Dapat Uang Ganti Rugi Rp 8 Miliar dari BPN
Masyarakat yang tidak setuju adanya proyek yang digadang-gadang sebagai penyokong ketenagalistrikan hingga pertanian ini memprotesnya dan berujung konflik dengan aparat.
Lantas, bagaimana detail proyek Bendungan Bener yang menimbulkan konflik tersebut?
Dalam website Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), tercatat anggaran buat pembangunan bendungan ini adalah sebesar Rp 2,06 triliun.
Baca Juga:
Aparat Gabungan Lepas Spanduk Penolakan Tambang di Desa Wadas
Pendanaannya bersumber dari APBN dan APBD.
Proyek yang rencana konstruksinya dimulai tahun 2018 itu ditarget bisa beroperasi pada 2023.
Bendungan Bener disebut bakal memiliki kapasitas sebesar 100,94 meter kubik dan diharapkan mengairi lahan seluas 15.069 hektar.
Selain itu, keberadaan bendungan dituliskan bakal mengurangi debit banjir sebesar 210 meter kubik per detik.
Dengan kemampuan penyediaan air bersih 1,60 meter kubik per detik dan menghasilkan listrik 6,00 megawatt.
Berdasarkan penelusuran media, dalam rilis Kementerian PUPR pada April 2019 terdapat perbedaan data mengenai anggaran.
Biaya pembangunan tercatat sebesar Rp 3,7 triliun.
Dengan kapasitas tampung 90,4 juta meter kubik, bendungan bakal dimanfaatkan untuk irigasi 15.519 hektar serta dengan kapasitas air baku 1,5 meter kubik per detik.
Rilis ini menjadi informasi terakhir yang diunggah di laman Kementerian PUPR soal Bendungan Bener.
Sebelumnya, pada Januari 2019, terdapat rilis soal kunjungan kerja Komisi V DPR RI.
Dalam siaran pers kunjungan kerja ini, disebutkan bahwa anggaran yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 3,9 triliun.
Bendungan Bener dibangun dengan tipe bendungan urugan batu membran beton, di mana kapasitas totalnya sekitar 81,66 juta meter kubik.
Infrastruktur ini masuk salah satu PSN yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 58 tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Saat itu, proyek bendungan juga diklaim sebagai bendungan yang tertinggi di Indonesia.
Ketinggian waduk tercatat sekitar 159 meter, dengan panjang timbunan 543 meter dan lebar bawah 290 meter.
Keberadaannya difungsikan untuk suplai air ke Kabupaten Purworejo, Kebumen, hingga Kulonprogo.
Selain itu, nantinya juga dimanfaatkan sebagai penopang PLTA untuk menyuplai energi listrik sebesar 6 MW.
Kemudian, fungsi lainnya yakni sebagai lokasi wisata, pendukung jaringan irigasi pertanian, hingga area perikanan dan konservasi DAS Bogowonto bagian hulu.
Sementara terkait luasan lahan, pada tahun 2017 Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Ditjen SDA PUPR, Tri Bayu Adji, mengungkapkan, setidaknya pembangunan bendungan membutuhkan lahan seluas 400 hektar.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengungkapkan, masih ada 133 bidang tanah di desa ini yang belum selesai pembebasan lahannya untuk proyek pembangunan tambang andesit.
Ini dari total 617 bidang lahan yang dibeli buat merealisasikan salah satu proyek strategis nasional tersebut.
"Status per November 2021 progres pembayaran sudah 57,17 persen ini nilainya Rp 689 miliar. Dan terdapat 1.167 bidang (total keseluruhan termasuk di lokasi pembangunan Bendungan Bener) dalam proses pengajuan pembayaran. Jika ini terbayar maka proses ini akan menjadi 72,3 persen," ujar Ganjar pada Rabu (9/2/2022).
Manfaat Proyek Bendungan Bener
Adapun keberadaan infrastruktur sumber daya air ini, berdasarkan Buku Informasi Bendungan Bener Kementerian PUPR, setidaknya memiliki empat manfaat.
"Manfaat Bendungan Bener sepenuhnya untuk kepentingan umum dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat," begitu tertulis dalam buku informasi bendungan, dikutip pada Kamis (10/2/2022).
Lokasi konstruksi Bendungan Bener berdiri di lahan seluas 590,4 hektar.
Ini merupakan lokasi satu kesatuan konstruksi ang terdiri dari areal genangan, tapak bendungan, jalan akses hingga lokasi quarry.
Adapun empat manfaat utama bendungan tersebut, yakni pertama, untuk irigasi seluas 15.519 hektar.
Terdiri dari lahan eksisting seluas 13.579 hektar yang meliputi DI Guntur 3326 hektar, DI Penungkulan 581 hektar, DI Kedungputri 4.341 hektar.
Kemudian DI Boro 5.126 hektar, DI Mranti 268 hektar, DI Jrakah 405 hektar, DI Loning 1.142 hektar, serta DI Kragilan 1.390 hektar.
Di samping itu, ada pengembangan daerah irigasi baru seluas 1.940 hektar.
Keseluruhan irigasi tersebut diperkirakan memiliki quarry rata-rata 4.657 liter per detik.
Kedua adalah untuk penyediaan air baku dengan kapasitas 1.500 liter per detik.
Ini untuk memenuhi kebutuhan Kabupaten Purworejo sebesar 500 liter per detik, Kabupaten Kebumen 300 liter per detik, dan Kulonprogo sebesar 700 liter per detik.
Ketiga, bendungan juga digadang-gadang mampu menyokong sumber listrik PLTA sebesar 10 megawatt.
Adapun manfaat keempat, untuk bidang lainnya terdiri dari konservasi, reduksi banjir sebesar 8,73 juta meter kubik, hingga untuk pariwisata.
Di luar empat manfaat tersebut, Kementerian PUPR membeberkan sejumlah alasan lain kenapa Bendungan Bener mesti segera diselesaikan.
Di antaranya yakni untuk memaksimalkan dampak percepatan pembangunan, penciptaan lapangan kerja, dan pemulihan ekonomi nasional.
Bendungan juga disebut punya manfaat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, di mana selain pemenuhan kebutuhan irigasi dan air baku, juga untuk mereduksi banjir di kawasan hilir Sungai Bogowonto.
Kesempatan kerja dari pengerjaan konstruksi yakni dari kegiatan pelaksanaan pemasangan lining saluran irigasi.
Nilai pekerjaannya yakni Rp 195 juta tanpa pajak dan mampu menyerap 20 orang tenaga kerja per hari.
Kemudian dalam kegiatan penyedia jasa paket 1 hingga 4, dibutuhkan tenaga pemasang batu kali, tenaga harian, security, dengan penyerapan tenaga kerja 80 orang per harinya.
Dari total pagu anggaran pembangunan bendungan sebesar Rp 3,9 triliun, realisasinya hingga Februari tercatat sebesar Rp 606,6 miliar atau setara 15,5 persen.
Bendungan ini ditargetkan selesai pada tahun 2025. [dhn]