WahanaNews.co | PT PLN (Persero) bersama The U.S. National Renewable Energy Laboratory melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) terkait pelaksanaan transformasi sistem tenaga listrik global (G-PST) pada agenda COP27 di Sharm El Syeikh, Mesir. MoU dilakukan PLN untuk mendukung rencana transisi energi di Indonesia.
Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN, Evy Haryadi dan Pricipal Investigator The U.S. National Renewable Energy Laboratory, Tim Reber, serta disaksikan langsung oleh Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan kerja sama ini untuk menciptakan sinergi yang bermanfaat demi penguatan sektor kelistrikan, terutama untuk menunjang transisi energi.
Kerja sama ini perlu dilakukan sebab pembangkit EBT bersifat intermittent, sehingga proses pemasokan daya listrik tidak selalu tersedia akibat faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan, seperti hilangnya cahaya matahari karena tertutup awan.
"Komitmen mencapai net zero emission di tahun 2060 mendorong PLN untuk menambah kapasitas energi baru terbarukan (EBT) secara agresif. Dengan karakteristik intermittent pembangkit EBT, kita perlu membangun kapasitas teknologi yang mumpuni untuk mengoperasikan sistem tersebut," ujar Darmawan dalam keterangan tertulis, Jumat (11/11/2022).
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Beberapa hal penting yang dibahas dalam MoU tersebut adalah penguatan sektor energi dalam hal pengoperasian sistem dan transmisi tenaga listrik, integrasi energi terbarukan ke dalam jaringan tenaga listrik, memajukan transisi menuju sistem operasi kelistrikan yang modern.
Selain itu, terdapat diskusi mengenai penetapan regulasi, pengembangan pelatihan dan pendidikan terkait, dukungan fasilitas dan teknologi, penguatan perencanaan dan analisis sistem tenaga listrik, dan pengembangan inovasi atau kolaborasi nasional.
"Hari ini kita bekerja sama dengan Global Power System Transformation, tergabung bersama pengembang ketenagalistrikan dunia seperti CAISO, AEMO, hingga ERCOT. Ini artinya saat ini kita berada di garis terdepan dalam akumulasi pengetahuan, teknik, skill, dan teknologi kelistrikan," terangnya.
Darmawan menambahkan PLN perlu bertransformasi dan mempelajari core kompetensi dan skill baru dalam proses transisi energi. Hal ini diperuntukkan untuk menghadapi tantangan di masa mendatang. Oleh karena itu, ia berharap MoU ini dapat dilaksanakan dalam operasi konkret di lapangan.
"Dalam MoU ini kita bersama akan mengkaji penggunaan teknologi terbaru di sektor ketenagalistrikan. Kita juga akan memberikan pelatihan untuk para pegawai sehingga mereka siap untuk menghadapi segala tantangan," ungkapnya.
Dengan perjanjian kerja sama ini, ia menegaskan pentingnya kolaborasi dalam mendorong transisi energi.
"Kolaborasi ini membuka mata kita bahwa transisi energi tidak bisa dijalankan sendiri-sendiri. Jalan satu-satunya adalah dengan kolaborasi," tuturnya.[zbr]