Asian Development Bank (ADB) memperkirakan kebutuhan USD1.5 triliun setiap tahunnya untuk memastikan SDGs tercapai di Asia-Pasifik tahun 2030. Namun, ketersediaan pendanaan global hanya USD1.4 triliun.
"Kesenjangan besar ini harus ditutup. Investasi sektor swasta harus didorong. Meskipun Asia-Pasifik merupakan kawasan terbesar bagi penanaman modal asing inbound dan outbound, namun nilai investasi ke kawasan sendiri masih kecil. UNESCAP perlu mendorong penguatan investasi intrakawasan, mendukung kemudahan berusaha, promosi dan business matching di antara negara anggota," ungkapnya.
Baca Juga:
Kredit UMKM Tanpa Jaminan dan Bunga di Kukar Jadi Rujukan Daerah
Presiden pun berharap adanya kolaborasi UNESCAP dengan ADB dan lembaga pendanaan lainnya. Ia pun memberi contoh di Indonesia sendiri, untuk memajukan berbagai pendanaan inovatif yakni lewat SDG Indonesia one, green sukuk dan ekonomi karbon.
“Sumber-sumber pertumbuhan baru harus diperkuat. Digitalisasi, pemberdayaan UMKM, dan pertumbuhan hijau adalah masa depan kita bersama. Optimalisasi digitalisasi perdagangan akan memangkas biaya perdagangan di kawasan setidaknya 13 persen.”
"Akses UMKM pada financial inclusion dan rantai pasok kawasan perlu didorong. Dukungan bagi upaya pertumbuhan hijau sangat diperlukan, termasuk transisi energi, dan kapasitas pajak perlu harus diperkuat, termasuk carbon tax," sebutnya. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.