WahanaNews.co |
Isu potensi gempa Magnitudo 8,7
dan tsunami 29 meter di pantai selatan Jawa Timur kian ramai.
Isu tersebut
mencuat dari hasil kajian tim ahli Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG), yang menyebutkan potensi terburuk bencana tsunami setinggi
26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Hasil kajian
disampaikan dalam webinar Kajian Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami di Jawa Timur
pada Jumat (28/5/2021).
Badan
Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun angkat bicara untuk
meluruskan isu tersebut.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
Potensi, Bukan Prediksi
Kepala Bagian
Humas BMKG, Akhmad Taufan Maulana, menegaskan, gempa bermagnitudo 8,7 dan
tsunami setinggi 29 meter di Pantai Selatan Jawa Timur bukan prediksi,
melainkan potensi.
Ia menjelaskan,
Indonesia adalah wilayah aktif dan rawan terjadi gempa.
Gempa bumi
berpotensi terjadi kapan saja dengan berbagai kekuatan (magnitudo).
BMKG juga telah
berulang kali menyampaikan, belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa
bumi dengan tepat dan akurat.
"Sampai
saat ini, belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan tepat
dan akurat kapan, di mana, dan berapa kekuatannya, sehingga BMKG tidak pernah
mengeluarkan informasi prediksi gempa bumi," kata Taufan kepada wartawan,
Senin (7/6/2021).
Ia menambahkan,
berdasarkan hasil kajian dan pemodelan para ahli, yang disampaikan pada diskusi
bertajuk "Kajian dan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami di Jawa Timur",
zona lempeng selatan Jawa memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksimum 8,7.
Namun, ini
bukanlah sebuah prediksi yang pasti, melainkan potensi.
"Tetapi,
ini adalah potensi, bukan prediksi yang pasti, sehingga kapan terjadinya tidak
ada yang tahu," ujar dia.
Upaya Mitigasi
terhadap Bencana
Taufan
mengatakan, seluruh pihak harus melakukan upaya mitigasi struktural dan kultural
dengan membangun bangunan aman gempa dan tsunami.
"Pemerintah
daerah dengan dukungan pemerintah pusat dan pihak swasta menyiapkan sarana dan
prasarana evakuasi yang layak dan memadai," tutur dia.
Adapun Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memastikan sistem peringatan dini di
daerah rawan beroperasi atau terpelihara dengan layak dan terjaga selama 24 jam
tiap hari untuk meneruskan peringatan dini dari BMKG.
"Pemerintah
daerah dengan pemerintah pusat melakukan penataan tata ruang pantai rawan agar
aman dari bahaya tsunami dengan menjaga kelestarian ekosistem pantai sebagai
zona sempadan untuk pertahanan terhadap gelombang tsunami dan abrasi,"
papar Taufan.
Lebih lanjut,
pemerintah daerah dengan pihak terkait perlu membangun kapasitas masyarakat, melakukan
edukasi respons penyelamatan diri secara tepat saat terjadi gempa bumi dan
tsunami.
Taufan
mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpancing isu yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Informasi
lengkap dapat diakses masyarakat melalui call center 196, kontak ke
021-6546316, situs resmiwww.bmkg.go.id,dan aplikasi
"INFO BMKG". [dhn]