WahanaNews.co | Akhir-akhir ini, permasalahan kerap
terjadi di jalan bebas hambatan berbayar atau biasa disebut jalan tol.
Tak
melulu soal proses pengadaan lahan dan pembangunan, jalan tol juga sering
mengalami kerusakan pasca operasional.
Baca Juga:
Kecelakaan di Tol Japek KM 58, Menko PMK: 12 Korban Sedang Diidentifikasi
Hal ini
tentunya menghambat mobilitas masyarakat dalam bepergian serta menyebabkan
antrean panjang di jalan tol.
Sebut
saja, Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang mengalami ambles sepanjang 40 meter di
Km 122+400 arah Jakarta, berada di wilayah Kabupaten Subang, Senin (8/2/2021).
Menurut
Direktur Operasi Astra Tol Cipali, Agung Prasetyo, intensitas dan curah hujan tinggi membuat
banyak volume air masuk ke dalam lapisan dasar atau base layer jalan tol melalui retakan.
Baca Juga:
Jasa Marga buka Tol Japek II Selatan Dampak kecelakaan Km 58
Kondisi
tersebut diperparah dengan banyaknya kendaraan berbeban berat yang melintas untuk
menghindari banjir di jalur pantai utara (Pantura) Jawa.
Hal ini
menyebabkan keretakan bertambah pada pukul 22.00 WIB dan memburuk,
sehingga terjadi amblesan lebih besar.
Hingga
akhirnya, Astra Tol Cipali melalui PT Lintas Marga Sedaya selaku pengelola
terpaksa melakukan rekayasa lalu lintas (contraflow)
sepanjang 9 kilometer dari arah Jakarta di ruas tol tersebut, Selasa
(9/2/2021).
Tak
hanya Tol Cipali, longsor juga terjadi di Tol Surabaya-Gempol, tepatnya di Km
06+200 arah Gempol.
Longsor
itu merupakan akibat dari penurunan tanah pada bahu luar dan lajur lambat (L1)
di Km 6+200 jalur A (segmen Dupak-Waru) Tol Surabaya-Gempol yang dipicu
intensitas curah hujan tinggi.
PT Jasa
Marga (Persero) Tbk selaku pengelola menargetkan, penanganan longsor di Tol
Surabaya-Gempol tuntas pada akhir Februari Tahun 2021.
Lantas,
apakah amblesnya jalan tol semata-mata terjadi hanya karena faktor alam?
Guru
Besar Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan, Paulus Pramono Rahardjo,
membenarkan hal tersebut.
"Kerusakan
jalan tol lebih karena kondisi alam yang ekstrem (tidak direncanakan) dari
awal," tutur Paulus kepada wartawan, Selasa (16/2/2021).
Sebab,
imbuh Paulus, kajian teknis dan ekonomis pasti akan selalu dilakukan dalam engineering (teknik).
Soal
amblesnya Tol Cipali di Km 122+400 terjadi karena berada di atas tanah
ekspansif.
Sehingga,
ketika hujan deras dengan intensitas tinggi menyebabkan terjadinya perubahan
pada tanah hingga menajdi lunak dan licin.
Sebagaimana
diketahui, Tol Cipali telah beroperasi selama hampir enam tahun sejak
diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 13 Juni 2015 silam.
Dalam
rentang waktu tersebut, kata Paulus, tentunya perencanaan sudah dilakukan
dengan baik.
Lebih
dari waktu tersebut, memang jalan tol bisa mengalami masalah berupa degradasi
tanah.
"Sesudah
lima tahun, maka dapat saja terjadi degradasi tanah. Tapi hal itu sudah
diperhitungkan," tuntas Paulus. [dhn]