WahanaNews.co | Di akhir masa kepemimpinannya, Presiden Soeharto sempat membuat para menteri merasa risau.
Kerisauan itu muncul seiring anak-anak Soeharto yang telah tumbuh dewasa.
Baca Juga:
Cerita Letjen (purn) Sjafrie Sjamsoeddin, Saling Todong Senjata dengan Pengawal PM Israel
Banyak yang khawatir ketika anak-anak Soeharto mulai berbisnis, namun dengan memanfaatkan kekuasaan bapaknya.
Di tengah kekhawatiran itu, munculah sosok Jenderal Benny Moerdani, atau kerap disebut juga LB Moerdani.
Benny Moerdani menegur Presiden Soeharto.
Baca Juga:
Simak! Berikut 5 Hal Menarik Tentang Jembatan Suramadu
Benny Moerdani mungkin satu-satunya orang yang berani melayangkan “teguran maut” ke Presiden.
Saat anak-anak Soeharto mulai dewasa, pada 1984, sejumlah menteri merasa khawatir.
Para menteri mulai risau dengan anak-anak Soeharto yang sudah tumbuh dewasa dan mulai berbinis, tapi dengan cara memanfaatkan kekuasaan bapaknya.
Bisnis anak-anak Soeharto mulai merambah ke soal pembelian alutsista (alat utama sistem senjata) yang seharusnya ditangani pemerintah dan ABRI/TNI, bukan oleh warga sipil.
Saat ada kesempatan bermain billiar dengan Soeharto, Benny Moerdani yang saat itu menjabat sebagai Panglima ABRI memberanikan diri “menegur” Soeharto.
Teguran Benny Moerdani ke Soeharto itu atas kekhawatiran akan bisnis anak-anaknya yang sudah merambah ke mana-mana dan terkesan memonopoli.
Soeharto tidak terima oleh teguran Benny yang dianggap sangat kurang ajar.
Puncaknya, hubungan Soeharto dan Benny Moerdani memburuk.
Benny Moerdani dicopot dari jabatan Panglima ABRI, meski belakangan Soeharto menolak jika disebut pencopotan Benny akibat “teguran maut” yang telah dilakukannya.
Pada 2000-an, Benny Moerdani dikabarkan sakit keras.
Suatu hari, pada Agustus 2004, Soeharto datang menjenguk Benny yang sedang sakit keras dan terbaring di Rumah Sakit RSPAD, Jakarta.
Soeharto secara terus-terang mengakui bahwa teguran yang dilontarkan Benny pada 1984 itu ternyata benar.
Dampak buruk dari bisnis anak-anaknya yang ikut memicu krisis ekonomi dan kemarahan rakyat terhadap keluarga Soeharto, sehingga pada 21 Mei 1998 pun kekuasaan Soeharto tumbang.
Soeharto mengatakan kepada Benny, jika teguran itu dipatuhi, dia tidak akan sampai lengser dari kursi presiden akibat demo besar-besaran dan kerusuhan sosial yang terjadi di mana-mana. [dhn]