WahanaNews.co | Pertanyaan terkait kematian petugas KPPS saat Pemilu 2019 diungkit dalam uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap calon anggota KPU RI petahana Hasyim Asy'ari.
Menjawab pertanyaan anggota dewan, Hasyim mengatakan, beban kerja petugas penyelenggara pemilu menjadi masalahnya. Beban kerja yang berat itu berhubungan dari tingkat undang-undang yang mewajibkan penghitungan suara harus selesai pada hari yang sama dengan pemungutan suara.
Baca Juga:
WBP Lapas Tarakan Gunakan Hak Pilih di Dua TPS Khusus Pilkada 2024
Dia mengatakan, para petugas KPPS ini bukan ASN, juga bukan tenaga kerja. Namun, bekerja melebihi waktu 8 jam dan hanya diberikan honor Rp500 ribu.
"Jadi bahan catatan kita selama ini anggota KPPS honornya Rp500 ribu dengan durasi kerja yang begitu panjang melampaui 8 jam dan beban kerja dan tekanan-tekanan," katanya saat uji kelayakan dan kepatutan calon KPU RI 2022-2027 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/2).
Maka itu, Hasyim mengusulkan agar petugas KPPS ke depannya ditambah honornya.
Baca Juga:
Saksi Bakar Kotak Suara Pilkada di Jambi, Salah Paham dengan KPPS
"Karena itu sekiranya nanti disetujui kami mengajukan tambahan honor anggota KPPS supaya kemudian semangat," ujar anggota KPU RI ini.
Dia mengungkap, pada Pemilu 2019 telah melakukan mitigasi dengan mengajukan bantuan asuransi untuk petugas KPPS. Tetapi pemerintah tidak setuju.
"Demikian kami pada Pemilu 2019 sudah mengantisipasi sebagai semacam strategi mitigasi mengajukan bantuan asuransi untuk para tenaga adhoc kita tetapi tidak disetujui pemerintah," terangnya.