"Kami dan seluruh bagian bangsa Indonesia turut kehilangan sosok besar seperti Buya," kata Gomar.
Buya, kata Gomar, tak semata dipandang sebagai salah satu bapak bangsa.
Baca Juga:
Izin Tambang Jokowi, Ditolak Keras Angkatan Muda Muhammadiyah Trenggalek
"Kami meneladani beliau sebagai negarawan, tokoh republik, yang berkomitmen pada persoalan soalan kebangsaan," kata Gomar.
Gomar mengatakan, telah mengusulkan kepada pemerintah mengangkat Buya Syafii sebagai pahlawan bangsa.
"Beliau semasa hidup telah banyak membuat pencerahan dengan pandangan pandangan kebangsaannya," kata Gomar.
Baca Juga:
'Jatah' IUPK Tambang dari Jokowi Diterima Muhammadiyah, Ini Kata Kementerian ESDM
Syafii Maarif lahir di Nagari Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat pada 31 Mei 1935. Dia bersentuhan dengan Muhammadiyah ketika sejak masih kecil. Dia pernah menimba ilmu di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Lintau, Sumatera Barat.
Keputusannya menimba ilmu di Yogyakarta semakin membuat Syafii dekat dengan Muhammadiyah. Dia menerikan sekolahnya Mualimin Yogyakarta dan kemudian meneruskan ke jenjang perguruan tinggi di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta (Sekarang bernama Universitas Negeri Yogyakarta) dan tamat pada tahun 1968.
Selama menjadi pelajar dan mahasiswa dia aktif di lembaga pers majalah Sinar, majalah pelajar Mualimin. Dia juga pernah menjadi jurnalis hingga menjadi redaktur di Suara Muhammadiyah. Syafii juga aktif di Himpunan Mahasiswa Islam kala itu.