WahanaNews.co | Negara China dan Turki terkenal dengan produsen keramik yang berkualitas dan mendunia. Karena kualitasnya ini, keramik-keramik ini laku keras sampai ke belahan penjuru dunia.
Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang Afrika Timur pada 2,6 juta tahun yang lalu (Jaman Paleolitik).
Baca Juga:
Kemendagri Dorong Pemeritah Daerah Kembangkan Pengelolaan BLUD
Tetapi perkembangan keramik yang menyebar di hampir sebagian wilayah dunia baru terjadi pada jaman Neolitik atau kira-kira 15 ribu-10 ribu tahun yang lalu.
Ternyata, di Sumedang juga ada salah satu daerah produsen keramik. Selain di Sawahdadap Kecamatan Cimanggung juga ada di Desa Mekarbakti Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang.
Ya, tepatnya di Dusun Cibuntu RT 10 RW 03 Desa Mekarbakti Kecamatan Pamulihan. Tak banyak yang tahu, ternyata produknya sudah dijual ke Bali, Jepara bahkan ke luar negeri.
Baca Juga:
RSUD Sumedang Ajukan Anggaran DBHCHT Senilai Rp 2 M, Berikut Peruntukannya
Namun sayang, karena publikasinya yang kurang, sehingga tak banyak orang yang mengetahui keberadaanya.
Pemilik CV Naga Mas Keramik Pamulihan, Heri Durahman mengatakan produk keramiknya memiliki kualitas tinggi karena binaan Balai Besar Keramik Kementrian Perindustrian dan Perdagangan.
Hanya saja, lanjut dia, kurangnya SDM profesional menjadi penyebab menurunnya produksi keramik asli Mekarbakti Kecamatan Pamulihan ini.
Produk Keramik Asal Sumedang Macam-macam
“Produk kita itu macam-macam, tidak hanya piring dan kendi. Seperti di Sawahdadap dan Bunter kan khusus piring, kalau di kita segala jenis kerajinan dan hiasan dari keramik ada,” katanya, dilansir dari IniSumedang, Minggu (05/02/23).
Menurut Heri, hanya ada dua di Kabupaten Sumedang yang memiliki produk berbagai jenis dan ukuran keramik. Pertama di Pamulihan dan kedua di Situraja.
Namun, keduanya sama kekurangan tenaga ahli yang bisa mendesign keramik dan media promosi atau marketing.
“Kita kan tekniknya ada yang dicetak, ada yang diukir. Kemudian jenisnya timbul sama lukis, semi proselen, ada yang gerabah. Produknya seperti Hiasan, celengan, piring, kendi, asbak, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Bisnis yang telah dirintis selama 20 tahun ini, lanjut Heri, menghasilkan omzet rata-rata Rp 20 juta per bulan. Di masa pandemi, omzetnya tidak menurun justru ada peningkatan.
Namun, sekali lagi, kendalanya di tenaga kerja profesional. Sehingga, jumlah produknya terbatas hanya 8 sampai 12 buah kendi ukuran besar dalam sebulan.
Sementara untuk bahan baku, pihaknya mendatangkan tanah khusus keramik dari Bangka Belitung dan Sukabumi. Dengan mempekerjakan sekitar 4 orang karyawan. Namun, keramiknya itu tak kalah bagus dengan keramik buatan China.
“Bantuan selama ini baru dari Kementrian Perdagangan dan perindustrian, rehab open dan mesin giling lewat balai besar keramik di Bandung. Kalau dari Pemkab Sumedang belum ada,” tandasnya. [ast]