WahanaNews.co | Kesejahteraan
Petani RI masih jauh di bawah China dan Thailand. Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengungkapkan kesejahteraan
petani Indonesia lebih rendah dari China dan Thailand.
Baca Juga:
Mentan Gerak Cepat Tinjau dan Bantu Petani Terdampak Banjir di Kabupaten Kendal
Fakta ini bisa dilihat dari rendahnya nilai tukar petani
(NTP) RI dibanding dua negara tersebut.
"Nilai tukar petani di Indonesia tidak bergerak menurut
saya. Cuma sekitar 100 ke 102, kadang tetap, kadang turun ke 96-97. Bandingkan
dengan Thailand bisa 120-140. Apalagi dengan Cina 140-150," ujarnya dalam
webinar 'Strategi Industrialisasi untuk Mendorong Transformasi Ekonomi', Rabu (5/5).
Nilai tukar petani merupakan perbandingan indeks harga yang
diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP adalah
salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di
perdesaan.
Baca Juga:
Petani dan Pelaku Usaha Penggilingan Padi di Cikarang Hemat Puluhan Juta Per Bulan dari Program Electrifying Agriculture PLN
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar
Petani (NTP) nasional April 2021 sebesar 102,93 atau menurun tipis sebesar 0,35
persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani
(It) turun sebesar 0,10 persen, sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
naik sebesar 0,25 persen.
Menurut Suharso, rendahnya NTP Indonesia disebabkan oleh
tidak efisiennya teknologi yang digunakan serta rendahnya produktivitas petani.
Pasalnya, menurut Suharso, banyak petani yang tidak mendedikasikan diri
sepenuhnya di sawah atau kebun.