WahanaNews.co | Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) mencatat, sebagian besar wilayah Indonesia saat ini memasuki musim
hujan.
Dari
342 zona, 96 persen wilayah akan diguyur hujan.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
Sesuai
prakiraan BMKG, puncak musim hujan akan terjadi pada Januari hingga Februari
2021.
Berdasarkan
rilis Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, puncak musim hujan akan terjadi di sebagian
wilayah Sumatera bagian selatan, sebagian besar Jawa termasuk DKI Jakarta,
sebagian Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua Barat dan
bagian selatan Papua.
"Berdasarkan
kondisi tersebut, maka kewaspadaan akan potensi cuaca ekstrem harus terus
ditingkatkan," kata Guswanto, dalam rilisnya, Minggu (14/2/2021).
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
Menurut
analisis BMKG, kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa
hari ke depan dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa
wilayah di Indonesia.
Kondisi
ini disebabkan oleh munculnya pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia
dan munculnya sirkulasi siklonik di sekitar wilayah utara Indonesia.
Sehingga,
hal ini memengaruhi pola arah dan kecepatan angin yang dapat meningkatkan
potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Indonesia.
Selain
itu, cuaca ekstrem juga turut memengaruhi kondisi labilitas atmosfer yang kuat
di sebagian wilayah Indonesia, sehingga dapat turut berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan awan hujan dalam skala lokal.
Sementara
itu, Guswanto juga mengungkapkan adanya Potensi pertumbuhan Awan Cumulonimbus
(Cb) di wilayah udara Indonesia yang perlu diwaspadai.
Persentase
cakupan spasial maksimum awan ini antara 50-75 persen (OCNL/Occasional) untuk
periode tanggal 8-14 Februari 2021.
Menurut
analisis BMKG, pertumbuhan awan cumulonimbus berpotensi terjadi di
wilayah-wilayah ini: Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, sebagian Papua Barat, sebagian Papua,
perairan barat Bengkulu, Laut Jawa, Samudra Hindia, selatan Jawa, Selat Makasar, Laut Banda, dan Laut Arafuru.
Sedangkan
untuk dampak cuaca ekstrem terhadap potensi gelombang tinggi, diperkirakan BMKG
berpeluang terjadi di sejumlah perairan di Indonesia.
Gelombang Tinggi Kategori Sedang (1,25 - 2,5 meter): Perairan utara Sabang, Perairan barat Aceh hingga Kepulauan Nias,
Perairan Bengkulu, Perairan Kepulauan Anambas-Natuna, Laut Natuna, Perairan timur Lingga-Bintan, Selat Karimata, Laut
Jawa, Selat Makasar, Laut Flores, Perairan Bau-bau dan Wakatobi, Perairan Kepulauan
Sermata hingga Tanimbar, Perairan selatan Kepulauan Kai-Aru, Laut Banda, Laut Sulawesi,
Perairan Kepulauan Sangihe-Talaud, Laut Maluku bagian utara, Laut Halmahera,
Perairan utara Papua Barat hingga Papua, dan Laut
Arafuru.
Gelombang tinggi kategori tinggi
(2,5 - 4 meter): Laut Natuna Utara, Perairan barat Kepulauan Mentawai, Perairan Enggano, Perairan barat Lampung, Samudra Hindia, barat
Kepulauan Mentawai hingga Lampung, Selat Sunda bagian selatan,
Perairan selatan Jawa hingga Pulau Sumba, Selat Bali-Lombok-Alas bagian Selatan, serta Samudra
Hindia selatan Jawa hingga NTT.
Guswanto
mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang
dapat ditimbulkan oleh kondisi cuaca ekstrem, seperti banjir, tanah longsor,
banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin. [qnt]