Sehari setelah mendaftar, Vika langsung ikut melakukan kegiatan sosial PBB. Meski belum menggunakan seragam PBB, Vika langsung berbaur dengan anggota lain. Komunikasinya dengan anggota lain terbilang sangat baik karena ia dikenal sangat supel dan ramah dalam bersosialisasi.
Terjun langsung melakukan kegiatan sosial, Vika semakin yakin bahwa kegiatan sosial PBB yang ia lihat di media sosial sebelum bergabung ternyata benar-benar dilakukan dengan tulus dan sukacita. Ia pun langsung jatuh cinta kepada PBB.
Baca Juga:
Rakernas 2024, Ketum Harap PBB Berkontribusi Membangun Bangsa
“Sebenarnya waktu saya masuk PBB karena kondisi depresi ditinggal suami dan anak bontotku. Waktu suami dan anaku sakit, saya teriak-teriak minta tolong ke tetangga, tapi tidak ada yang mau tolongin. Coba dari dulu saya gabung PBB. PBB ngk lihat ini dan itu, langsung ditolong. Jika dulu saya tidak bisa nolongin suami dan anak, melalui PBB ini saya bisa nolongin orang lain,” kenang Vika membangkitkan semangatnya.
Resmi jadi anggota PBB, Vika ternyata mendapat penolakan sang ibu. Di mata ibu, ormas itu benar-benar negatif, kerjanya berkelahi dan suka ribut di sana sini.
Bahkan, ibunya berniat mau membakar seragam PBB milik Vika jika masih terus ikut di ormas PBB.
Baca Juga:
Serahkan SK, Ini Pesan Ronal Sihotang ke Pengurus dan Anggota Pemuda Batak Bersatu Kembangan
Namun, sang Ibu akhirnya mendukung Vika aktif di PBB berkat postingan kegiatan-kegiatan positif PBB yang kerap Vika unggah di media sosial.
Tak hanya itu, kegiatan sosial yang dilakukan Vika di PBB juga mendapat dukungan positif dari keluarga lainnya maupun sahabatnya dari etnis China.
“Contohnya adek saya yang tinggal di Lampung selalu ikut nyumbang uang dan barang untuk mendukung kegiatan sosial PBB,” katanya.