Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali sampai menyatakan seleksi pengiriman atlet ke ajang multicabang olahraga internasional akan ditempuh dengan lebih ketat lagi dengan menggunakan parameter terukur dan berdasarkan data di mana hanya cabang olahraga dan atlet yang berpotensi meraih medali saja yang diberangkatkan.
Jika melihat data sampai 21 Mei itu sepertinya ada hubungan positif antara keinginan memberi bobot lebih kepada rekam jejak atlet dalam event-event sebelumnya dengan medali yang diperoleh Indonesia sejauh ini, sekalipun tak semua atlet menyumbangkan medali seperti diyakini sebelum ini diyakini otoritas olahraga nasional sewaktu memberangkatkan atlet ke Vietnam.
Baca Juga:
Daftar Nama Pemain Timnas U-24 di Asian Games 2023
Tetapi jika pada akhirnya paradigma ini berhasil, maka pola pengiriman atlet yang selektif berbasis data prestasi atlet ini patut diterapkan pula oleh semua pemangku kepentingan olahraga di berbagai tingkatan di Indonesia, mulai daerah sampai pusat.
Dengan cara seperti ini, kompetisi-kompetisi lain di dalam negeri, dari kejuaraan tingkat daerah sampai kejuaraan nasional, termasuk Pekan Olahraga Nasional (PON), semestinya menghasilkan atlet-atlet yang memang siap bertarung dalam semua skala kompetisi, tidak saja jago kandang.
Dan atmosfer seperti ini bisa menular ke kawasan sehingga apa yang dihasilkan dalam SEA Games dan kompetisi-kompetisi regional lain menjadi ukuran terpercaya yang bisa membuat atlet bisa berbuat lebih banyak lagi dalam semua panggung olahraga level atas, termasuk Asian Games dan Olimpiade.
Baca Juga:
Gubernur Beri 44 Atlet Jateng yang Bawa Pulang Medali Sea Games Kamboja 2023 Uang Saku
Situasi ini bisa membantu Asia Tenggara dalam mendorong reformasi sistem kompetisi dalam SEA Games, mulai dari pemilihan cabang olahraga yang akan dikompetisikan, sampai sistem penjurian kompetisi agar menjadi lebih baik lagi yang makin menciptakan iklim kompetisi yang lebih sehat.
Dengan iklim seperti ini, atlet menjadi terbiasa dalam atmosfer kompetisi yang sehat yang pada akhirnya menular kepada aspek-aspek lain di luar olahraga dalam masyarakat lebih luas dan bahkan menjadi budaya kawasan sehingga kohesi kawasan semakin besar, sampai tingkat people to people.
Asumsi ini tak berlebihan karena berkaca dari olahraga profesional dan ajang-ajang multicabang internasional seperti Olimpiade, nilai-nilai kompetisi olahraga yang sehat yang menjunjung sportivitas bakal turut mendorong solidaritas dan soliditas kawasan, baik secara langsung maupun tidak langsung.