Jokowi tidak akan mudah dan gampang menggunakan kekuasaannya secara maksimal. Para pembantunya, apakah itu para Menteri, Kapolri, Panglima TNI, tentu sudah mulai mengukur langkah yang dilakukan karena peta politik kekuasaan sudah bergeser.
Prabowo harus melakukan langkah cepat dan tepat mencari pengganti Gibran. Dapat jadi, akan mencari pengganti yang juga tokoh muda yang sudah matang berpolitik.
Baca Juga:
Pertentangan: Kebijakan Sekprov Diabaikan Pejabat Dinas Sulteng
Catatan kami, cukup banyak tokoh muda dari partai pendukung Prabowo dari Golkar, maupun Demokrat atau PAN. Dari Demokrat tersebut, ada AHY-byang juga Ketua Umum Demokrat dan anak sulung mantan Presiden SBY–berpotensi dilamar Prabowo.
Dari Golkar, wah, cukup banyak generasi mudanya. Terpenting, apakah elite Partai Golkar dan sesepuh, senior dan fungsionaris Golkar berkenan? Karena, di Golkar ini sebagai partai "berusia lanjut", faktor senioritas masih dominan. Disamping itu, Golkar pendukung utama dan pertama untuk Prabowo. Serta, merupakan partai dengan kursi terbanyak kedua setelah PDI-P.
Prabowo harus dengan cepat melakukan konsolidasi kembali dukungan politik terhadap Paslon 2 jilid ke-2. Kesepakatan politik dirancang ulang dengan desain dan strategi yang berbeda. Secara politik dukungan parai politik terhadap Gibran sebenarnya tidak ada. Kekuatan Gibran selama ini adalah kekuasaan melalui intervensi Presiden Jokowi, ayahnya.
Baca Juga:
PWI Deklarasi Dukung Pemilu 2024 Damai Bersama Ketua DPRD Kota Depok
Bagaimana dengan Presiden Jokowi (?)
Jika keputusan MK seperti yang diandaikan di atas, sebenarnya Pak Jokowi belum kartu mati. Dalam masa lima bulan pemerintahannya berakhir, Jokowi banyak hal yang dapat dilakukan untuk memulihkan keadaan situasi yang porak-poranda secara politik dan goncangan ekonomi yang sedang melanda. Walaupun, kenaikan kurs Dollar yang menembus lebih Rp16 ribu per $1; kasus PT Antam Rp.271 triliun; kasus ilegal nikel ratusan triliun; sampai naiknya harga beras yang harus mampu diselesaikan Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi sebaiknya menyadari, secara perlahan kekuasaannya semakin melemah. Diujung kekuasaan, Presiden Jokowi mungkin hanya Profesor Pratikno yang setia mendampinginya, yang lainnya, wallahu a'lam.