WahanaNews.co | Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memaparkan lebih dari 700 juta serangan siber terjadi di Indonesia pada 2022.
Serangan siber yang mendominasi adalah ransomware atau malware dengan modus meminta tebusan.
Baca Juga:
Polisi Ungkap 300.000 Data Dibeli Sindikat Kejahatan Siber dari Dark Web
Menurut data BSSN, total 714.170.967 anomali trafik atau serangan siber yang terjadi di sepanjang 2022, dengan angka serangan paling tinggi terjadi pada Januari dengan angka serangan 272.962.734, lebih dari sepertiga total serangan selama semester pertama 2022.
Pada Februari, angka serangan turun lebih dari setengahnya, hanya sekitar 111 juta serangan. Bulan-bulan berikutnya pun menunjukkan tren penurunan serangan hingga pada April serangan siber yang terjadi berada di bawah 100 juta serangan.
Jenis serangan siber yang banyak ditemukan BSSN didominasi oleh serangan ransomware atau serangan malware yang berujung meminta tebusan pada pemiliki data.
Baca Juga:
Pakar Keamanan Siber Ingatkan Pemerintah Soal Batas Waktu Pembentukan Komisi PDP
Setelah ransomware, ada juga serangan siber yang menggunakan metode phishing dan eksploitasi kerentanan di peringkat dua dan tiga.
Selain itu, serangan web defacement atau metode peretasan yang mengubah konten website, misalnya mengganti layout, font, memunculkan iklan, sampai perubahan konten keseluruhan. Peretasan ini juga bisa masuk lebih jauh hingga mencuri data dan sebagainya.
Metode peretasan ini banyak menyasar lembaga akademik dan pemerintahan daerah dengan masing-masing mencatat sekitar 30 persen dari total serangan. Sasaran lain dari metode serangan ini adalah lembaga swasta (16,85 persen), lembaga hukum (7,23 persen), dan pemerintah pusat (3,86 persen).