WahanaNews.co | Invasi Rusia ke Ukraina membuat masa depan International Space Station (ISS), simbol kerja sama usai Perang Dingin, dipertanyakan.
ISS selama ini telah menjadi lokasi tinggal dan kerja banyak astronaut dari berbagai negara.
Baca Juga:
Revolusi Spacewalk: Urine Astronot Kini Bisa Jadi Air Minum dalam Hitungan Menit
ISS belakangan jadi sorotan usai thread mengancam di Twitter dari kepala badan luar angkasa Rusia, Dmitry Rogozin, yang memperingatkan bahwa sanksi Amerika Serikat (AS) bisa 'menghancurkan kerja sama kita' dan mengatakan platform penelitian akan jatuh ke Bumi tanpa bantuan negaranya.
Para ahli melihat ancaman seperti itu sebagai retorika politik yang dibesar-besarkan, mengingat ketergantungan kedua pihak satu sama lain untuk keselamatan personel. Meski demikian hal ini dinilai bisa mempercepat perceraian Rusia dan AS di ISS.
"Tidak ada yang ingin menempatkan kehidupan astronaut dan kosmonot dalam bahaya dengan manuver politik," kata John Logsdon, profesor dan analis luar angkasa di Universitas George Washington kepada AFP, Sabtu (26/2).
Baca Juga:
Limbah Plastik akan Diolah Jadi Sumber Makanan di Luar Angkasa
"Ini adalah keputusan yang sangat disadari waktu Rusia dibawa ke stasiun kemitraan itu pada 1994 untuk membuat stasiun saling ketergantungan," tambah Logsdon.
ISS, kolaborasi antara AS, Kanada, Jepang, Badan Antariksa Eropa dan Rusia, dibagi menjadi dua bagian, segmen orbital AS dan Rusia.
ISS bergantung pada sistem propulsi Rusia untuk mempertahankan orbit, sekitar 400 kilometer di atas permukaan laut. Sementara AS bertanggung jawab atas listrik dan sistem pendukung kehidupan.