Apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki masalah ini?
Pertama, menerapkan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) setiap hari Jumat. Menurut TomTom, kebijakan WFH setiap Jumat bisa mengurangi waktu perjalanan selama 44 jam dan emisi karbon 189 kg per tahun.
Baca Juga:
Masyarakat Diminta Waspada, Jakarta Terancam Banjir Besar Saat Libur Nataru
Kedua, menerapkan kebijakan WFH setiap hari Jumat, Rabu, dan Selasa. TomTom mencatat kebijakan ini dapat mengurangi waktu perjalanan hingga 136 jam dan emisi karbon sampai 573 kg per tahun.
Sebelumnya, berdasarkan TomTom Traffic Index edisi ke-13, Jakarta menduduki urutan ke-30 sebagai kota termacet di dunia pada 2023. Peringkat pertama dalam daftar kota termacet di dunia ditempati ibu kota Inggris, London.
Posisi Jakarta sebenarnya cukup membaik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di mana kota yang punya ikon Monas ini berada di urutan ke-29 sebagai kota termacet di dunia.
Baca Juga:
Relawan RIDO Gruduk KPU Jakarta, Desak Pilkada Dua Putaran
Kendati demikian, menurut data TomTom Traffic Index, justru kemacetan di Jakarta kian bertambah parah apabila dibandingkan dengan tahun 2022. Pada 2022, untuk menempuh jarak 10 kilometer di Jakarta hanya membutuhkan waktu 22 menit 40 detik.
Sementara pada 2023, untuk menempuh jarak 10 kilometer, pengendara di Jakarta membutuhkan waktu rata-rata 23 menit 20 detik. Berarti, ada selisih waktu 40 detik lebih lambat untuk perjalanan 10 kilometer di Jakarta, dari tahun 2022 ke 2023.
Kemudian, berdasarkan data TomTom Traffic Index tahun 2023, dalam satu tahun, warga Jakarta harus menghabiskan 117 jam atau setara 4 hari 21 jam untuk berkendara dalam kemacetan.