Di sisi lain, peneliti LAPAN Erma Yulihastin menerangkan, BMKG membuat prakiraan cuaca berdasarkan data pengamatan permukaan yang tersebar di stasiun-stasiun dengan peralatan utama Automatic Weather Station (AWS).
Alat tersebut dilengkapi dengan alat penakar hujan, pengukur suhu, kecepatan angin, dan kelembapan serta beberpa berupa radar cuaca. Informasi yang dihasilkan lebih bersifat kualitatif. Misalnya dengan, adanya informasi hujan ringan atau sedang tanpa menyebut intensitas hujan dalam milimeter.
Baca Juga:
BMKG Ingatkan Warga Waspadai Cuaca Ekstrem hingga 15 Desember 2024
Erma memperkirakan, BMKG belum mengoptimalkan prediksi menggunakan modal cuaca numerik atau dinamik. Sehingga mungkin saja terjadi, BMKG mengeluarkan prakraan cuaca hujan, akan tetapi ternyata cuaca dalam kondisi cerah.
Melalui tulisannya yang berjudul "Perbandingan Metode dan Penyajian Prediksi Cuaca di Jepang dan Indonesia", Erma menemukan bahwa Jepang mampu memperkirakan cuaca mendekati kualitas sempurna hingga tujuh hari ke depan.
Sedangkan, dalam prakiraan cuaca nasional, BMKG mengeluarkan informasi berupa keadaan cuaca (hujan, berawan, cerah, dan sebagainya) untuk dua hari, yakni hari ini dan esok.
Baca Juga:
BMKG: Prakiraan Cuaca Jabodetabek dalam Sepekan Sepekan
Kini, prakiraan cuaca itu ditambah rentang suhu terendah dan tertinggi, serta kecepatan angin, dan kelembaban udara di berbagai wilayah Indonesia, mulai dari tingkat provinsi hingga kecamatan. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.