Gletser telah menipis secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, kata Donaldi, menjadi 8 meter (26 kaki) pada tahun 2021 dari 32 m (105 kaki) pada tahun 2010, sementara luas totalnya turun menjadi 0,23 kilometer persegi pada tahun 2022, dari 2,4 kilometer persegi. di 2000.
Namun tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah penyusutan ini, katanya, seraya menambahkan bahwa peristiwa tersebut dapat mengganggu ekosistem regional dan memicu kenaikan permukaan laut global dalam satu dekade.
Baca Juga:
Enam Prajurit Kopassus Dievakuasi dari Kepungan Mencekam di Yalimo Papua
"Kami sekarang dapat mendokumentasikan kepunahan gletser," tambah Donaldi. "Setidaknya kita bisa memberi tahu generasi mendatang bahwa kita dulu punya gletser."
Media Arab Saudi, Arab News, juga menyoroti hal yang sama. Dalam tulisan berjudul Melting faster than ever, Indonesia's little-known glacier may disappear by 2025, media tersebut menyebut "gletser yang jarang diketahui di Indonesia" mungkin akan hilang pada awal 2025.
"Salju di Puncak Jaya akan segera hilang. Hal ini terjadi karena pemanasan global. Karena suhu di puncak telah meningkat, maka salju tidak dapat lagi dipadatkan menjadi gletser," tutur Dodo Gunawan, Kepala Departemen Perubahan Iklim BMKG.
Baca Juga:
Tambang Nikel Pulau Gag Kembali Beroperasi: Antara Janji Ekonomi dan Kekhawatiran Lingkungan di Raja Ampat
Menurut Organisasi Meteorologi Dunia, gletser tropis merupakan indikator dan pencatat perubahan iklim yang sangat sensitif.
Media asal Malaysia, The Star, juga menyoroti hal yang sama. Dalam tulisan berjudul Papua mountain to lose 'everlasting' snow by 2025, yang juga mengutip sumber dari BMKG, menyebut puncak paling tinggi, dan terkenal di Indonesia akan segera kehilangan saljunya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]