Hal tersebut tak lain karena di wilayah Cilacap banyak terdapat Objek Vital Nasional (Obvitnas) seperti Pertamina, SBI, PLTU dan sebagainya.
"Tentu jika terjadi bencana tsunami dampak ekonominya sangat besar. Maka Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) kita pusatkan disana untuk membangun budaya tanggap bencana gempa bumi dan tsunami khususnya untuk evakuasi mandiri," ujarnya.
Baca Juga:
Garut Diguncang Gempa M 6,5, Tidak Berpotensi Tsunami
Mengenai tujuan digelarnya SLG kata Setyoadjie adalah untuk membangun sikap masyarakat agar masyarakat tahu apa yang harus dilakukan sebelum, ketika dan setelah terjadi bencana.
Diharapkan dari acara tersebut, masyarakat dapat mengetahui apa saja tahapan mitigasi bencana yang harus dilakukan untuk mengurangi akibat gempa dan tsunami.
"Sesuai dengan kapasitasnya, misal BPBD, OPD, jadi tahu peran dia disana. Termasuk juga masyarakat, bagaimana mereka menyikapi ketika menerima informasi dari BMKG," katanya.
Baca Juga:
Pimpinan BMKG: Sistem Informasi Hidrometeorologi Indonesia sebagai Percontohan Global
Dalam SLG ini, BMKG menjelaskan alur informasi serta bagaimana caranya memahami informasi tersebut.
BMKG juga menjelaskan bagaimana cara memahami rambu-rambu evakuasi dan titik evakuasi terdekat.
Bahkan BMKG juga membuatkan peta untuk melakukan susur jalur, BMKG memilih jalur yang dinilai paling ideal dalam upaya evakuasi terdekat.