Perbandingan dengan Banjir 2020							
						
							
							
								Guswanto menegaskan bahwa meskipun banjir kali ini cukup signifikan, intensitas curah hujan yang tercatat masih lebih rendah dibandingkan banjir besar yang melanda Jabodetabek pada tahun 2020. 							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										BMKG Keluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem di Pulau Nias, Warga Diminta Waspada
									
									
										
											
										
									
								
							
							
								Saat itu, curah hujan tertinggi tercatat di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, mencapai 377 mm dalam sehari, yang dipicu oleh fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO).							
						
							
							
								“Saat ini, curah hujan tertinggi tercatat di Sumur Batu, Bekasi, dan Gunung Mas, dengan angka 208 mm per hari. Ini masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2020,” jelasnya.							
						
							
							
								Sementara kondisi cuaca di Jabodetabek diperkirakan akan berangsur membaik, cuaca ekstrem masih terjadi di beberapa wilayah lain di Indonesia, seperti Kalimantan, Bengkulu, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Papua Selatan, dan Papua Pegunungan. 							
						
							
								
									
									
										Baca Juga:
										Tiga Tahun Dibiarkan Rusak, Pemkab Karawang Diminta Turun Tangan
									
									
										
									
								
							
							
								Fenomena ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perkumpulan awan konvektif berskala meso, sirkulasi siklonik, serta pertemuan massa udara yang memicu pembentukan awan hujan.							
						
							
							
								“Untuk Jabodetabek, kami memperkirakan kondisi cuaca akan mulai stabil setelah tanggal 6 Maret, meskipun potensi hujan sedang masih ada,” pungkas Guswanto.							
						
							
							
								[Redaktur: Rinrin Kaltarina]