WahanaNews.co | Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menandatangani undang-undang alokasi anggaran 280 miliar dolar AS.
Dana tersebut untuk manufaktur teknologi tinggi dan penelitian ilmiah di tengah kekhawatiran negara itu kehilangan keunggulan teknologinya dari China.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Investasi tersebut termasuk keringanan pajak bagi perusahaan yang membangun pabrik pembuatan chip komputer di AS. Kelompok bisnis telah lama mendorong lebih banyak dukungan pemerintah, dengan alasan perlunya mengurangi ketergantungan pada China.
Kekurangan global microchip meningkatkan urgensi panggilan mereka. Senat Tinggi Demokrat Chuck Schumer mengatakan, RUU itu adalah pengubah permainan yang akan memastikan kepemimpinan dan kemakmuran Amerika di abad berikutnya.
"Otoritarian bersorak agar kami kalah dan berharap kami duduk di tangan kami. Dengan memberlakukan CHIPS dan Science Act, kami memperjelas bahwa kami percaya abad Amerika yang hebat lainnya ada di cakrawala," ujarnya seperti dilansir BBC, Rabu (10/8/2022).
Baca Juga:
Gagal Menyentuh Pemilih, Harris Kalah Telak Meski Kampanye Penuh Serangan ke Trump
AS saat ini memproduksi sekitar 10 persen dari pasokan global semikonduktor, yang merupakan kunci untuk segala hal. Mulai dari mobil hingga ponsel, turun dari hampir 40 persen pada 1990.
Negara ini tidak sendirian dalam investasinya di industri ini. Uni Eropa musim semi ini mengatakan akan berkomitmen lebih dari 40 miliar euro untuk meningkatkan produksi chip komputer, sementara China juga telah meningkatkan investasinya dalam sains dan teknologi.
Kedutaan Besar China di Washington telah menentang RUU semikonduktor, menyebutnya mengingatkan pada mentalitas Perang Dingin.