"Berdasarkan penelitian dan pemodelan yang dilakukan BMKG, jika terjadi gempa yang bersumber di Zona Megathrust Selat Sunda, maka terdapat potensi gempa dengan kekuatan hingga magnitudo 8,7," kata Dwikorita dalam keterangan tertulis, Rabu (16/2).
Terpisah, Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mengatakan pemodelan dengan menggunakan Megathrust Selat Sunda bisa memicu potensi tsunami mencapai 20 meter di wilayah Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, yang merupakan pesisir pantai selatan pulau Jawa.
Baca Juga:
BMKG Buka Suara Penyebab Gempa M 6,0 Guncang Tuban 22 Maret
Kemudian, kata dia, gelombang tsunami yang diperkirakan mencapai kecepatan 40 km/jam itu masuk ke wilayah Merak, Banten, dengan ketinggian 8 meter, untuk kemudian masuk ke wilayah Jakarta.
Karena penurunan tanah yang membuat posisi sebagian Jakarta di bawah laut, Heri memprediksi ketinggian tsunami di DKI mencapai 2 meter.
"Jakarta kan ada yang di bawah laut ketinggiannya, berarti kira-kira tsunami dikali dua, jadi 2 meter," tambah dia, yang juga meneliti penurunan tanah Jakarta puluhan tahun.
Baca Juga:
Korban Tewas Gempa Jepang Bertambah, Capai 73 Orang
Heri mengakui "belum ada peneliti di dunia memprediksi gempa secara akurat dalam sisi posisi waktu."
"Tetapi menariknya akurasi energi [gempa]-nya apakah ada sekarang? Ada. Itu terukur dari pengamatan GNNS (Global Navigation Satellite System) itu keliatan di selatan Jabar sampai Banten keangkat pantainya. Kalau situasi terangkat berarti ada energi besar yang mengangkatnya," tandas di.
"Itu data yang berbicara bukan perkiraan. Tinggal waktu ya itu nobody knows," tandas dia. [qnt]