Dwikorita menekankan pentingnya survei untuk memetakan patahan gempa Cugenang ini dan berharap pemerintah daerah dan pusat bisa mengikuti rekomendasi yang diberikan. Dia mengatakan, bersama rekomendasi yang disampaikan, telah dihitung pula bersama Kementerian PUPR dan pemerintah daerah setempat untuk jumlah rumah yang harus direlokasi.
"Bisa digunakan untuk peruntukan lain seperti zona konservasi, resapan atau wilayah terbuka hijau, tapi mohon rumah-rumah tidak dibangun di zona tersebut," katanya. Alasannya, kurang lebih 20 tahun lagi kalau terjadi perulangan gempa di lokasi yang sama, "Insya Allah tidak terjadi rumah runtuh dan korban jiwa lagi."
Baca Juga:
Normal Fault Kerak Bumi Picu Gempa 5,4 M di Sanana Maluku Utara
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menambahkan pentingnya patuh kepada rekomendasi itu. Dari temuan survei di lapangan didapati dampak gempa sangat merusak di Cianjur tak semata karena kedalaman gempa darat yang dangkal dan struktur bangunan yang tidak memenuhi standar aman gempa.
Tapi, ada juga faktor lokasi permukiman yang berada pada tanah lunak atau lepas dan perbukitan (efek topografi). "Guncangan gempa tidak hanya menimbulkan rekahan tapi juga melorot atau longsor cukup parah. Ini terjadi di banyak tempat di Cugenang," kata Daryono.
Faktor itu menyebabkan rumah berkualitas baik pun ikut menjadi korban dampak gempa. "Sangat membahayakan untuk permukiman di masa depan."
Baca Juga:
Gempa Sesar Anjak Langsa Magnitudo 4.4, Guncangan Kuat di Wilayah Perbatasan Aceh-Medan
Daryono menambahkan data sekitar 1.800 rumah yang harus direlokasi berasal dari wilayah desa Talaga, Sarampad, Nagrak dan Cibulakan. Keempatnya disebut Daryono berada dalam zona bahaya Patahan Cugenang. [rds]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.