"Penguatan monsun Asia dan pembentukan pusat tekanan rendah di Australia inilah dua penyebab utama peningkatan signifikan hujan kembali terjadi di Indonesia," urainya.
Terkait cuaca ekstrem ini, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Didi Satiadi sempat menganalogikan cuaca sebagai motor yang putarannya lebih cepat.
Baca Juga:
Pemkot Semarang dan BRIN Sukses Budidayakan Varietas Bawang Merah Lokananta Maserati
"Jadi mesinnya cuaca adalah dari Matahari, pemanasan. Kalau pemanasannya ini bertambah karena gas rumah kaca tadi, maka siklus hidrologi yang seperti rantai tadi akan berputar lebih cepat," kata dia, dalam acara Bincang Sains bertajuk 'Waspada Cuaca Ekstrem' secara virtual, Rabu (28/12).
"Karena berputar lebih cepat, artinya lebih cepat terjadi penguapan, lebih intens, lebih deras hujannya, jadi lebih basah sekaligus lebih kering," imbuhnya. [tum/cnn Indonesia]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.