WAHANANEWS.CO, Jakarta - Tiongkok kembali mencetak sejarah dalam dunia penerbangan militer dengan menyalip Amerika Serikat di arena teknologi kapal induk.
Jet tempur siluman Shenyang J-35B resmi tercatat sebagai pesawat tempur stealth pertama di dunia yang berhasil lepas landas dengan sistem EMALS (Electromagnetic Aircraft Launch System) dari kapal induk terbaru milik Angkatan Laut Cina, Type 003 Fujian, pada Senin (22/9/2025).
Baca Juga:
Beijing Pamer Kekuatan, Fujian Jadi Simbol Kebangkitan Armada Laut China
Keberhasilan itu sekaligus menyalip predikat yang sebelumnya disandang F-35C Lightning II, jet tempur siluman andalan Angkatan Laut Amerika Serikat yang sejak lama beroperasi di kapal induk berbasis sistem CATOBAR.
Bedanya, hingga kini F-35C masih hanya menggunakan ketapel uap (steam catapult) dari kapal induk kelas Nimitz.
Video uji coba yang viral memperlihatkan J-35B sukses lepas landas dan mendarat menggunakan teknologi EMALS yang dianggap lebih efisien dan ramah terhadap struktur pesawat.
Baca Juga:
AS Panik! Kirim Kapal Induk Nuklir Kedua Hadapi Perang Iran–Israel yang Makin Gila
“Inilah lompatan besar Tiongkok dalam demonstrasi kapabilitas maritimnya,” ujar seorang analis militer Asia Timur yang menilai bahwa debut ini adalah pesan strategis kepada Washington.
Sebagai catatan, F-35C memang pernah diuji dengan EMALS pada tahun 2011 di fasilitas darat Joint Base McGuire-Dix-Lakehurst, New Jersey. Hal ini membuktikan bahwa F-35C secara teknis kompatibel dengan sistem peluncuran modern tersebut.
Namun, dalam operasional nyata, jet tempur ini masih dipakai di kapal induk kelas Nimitz yang mengandalkan ketapel uap.
F-35C sendiri telah mencapai Kemampuan Operasional Awal (IOC) sejak 2019, bahkan telah digunakan dalam berbagai operasi militer.
Angkatan Laut AS mulai mengerahkan jet ini ke sejumlah kapal induk, termasuk USS Carl Vinson (CVN-70), USS Abraham Lincoln (CVN-72), USS George Washington (CVN-73), dan USS Theodore Roosevelt (CVN-71).
Mengapa F-35C belum tampil penuh dengan EMALS di laut? Jawabannya terletak pada kendala teknis di kapal induk terbaru AS, USS Gerald R. Ford, yang justru pertama kali dilengkapi sistem peluncuran elektromagnetik.
Meskipun F-35C telah berhasil diluncurkan dari EMALS di Ford dalam uji coba, reliabilitas sistem EMALS dan penangkap pesawat AAG (Advanced Arresting Gear) masih belum memenuhi standar operasional harian.
Selain itu, kapal induk Ford juga bermasalah dengan sistem elevator senjata canggihnya, yang membuat proses mempersenjatai pesawat menjadi lebih lambat.
tuasi ini memaksa Angkatan Laut AS menunda pengerahan penuh F-35C di kapal induk kelas Ford hingga semua modifikasi dan perbaikan rampung.
“Ini bukan soal kelemahan F-35C, melainkan transisi teknologi di kapal induk AS yang berjalan lebih lambat dari rencana,” jelas Dr. Raymond Hsiao, pakar strategi pertahanan dari National Defense University.
Menurutnya, fakta bahwa Cina lebih dulu memperlihatkan kemampuan lepas landas dengan EMALS adalah keuntungan psikologis yang akan dijadikan propaganda geopolitik.
Angkatan Laut AS saat ini telah menerima lebih dari 100 unit F-35C per Desember 2024. Dari rencana total 340 unit, sebanyak 67 unit ditujukan untuk armada Angkatan Laut, sementara 273 unit untuk Korps Marinir.
Dengan demikian, F-35C akan tetap menjadi tulang punggung kekuatan udara kapal induk AS dalam dekade mendatang, baik di kapal induk Nimitz maupun Ford class setelah seluruh masalah teknis teratasi.
Sebagai tambahan, EMALS sendiri hanyalah salah satu bentuk dari sistem CATOBAR, yaitu mekanisme peluncuran dan pendaratan pesawat di kapal induk.
Jika selama ini sistem uap mendominasi, maka EMALS hadir sebagai pembaruan yang lebih hemat energi dan lebih aman bagi struktur pesawat tempur generasi kelima.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]