Pencairan terparah terjadi pada 2015-2016, ketika El Nino kuat terjadi di wilayah Tanah Air. Penipisan lapisan es mencapai 5 meter per tahun, lima kali lipat rata-rata penipisan es selama lima tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, BMKG khawatir fenomena El Nino tahun ini dapat menyebabkan kejadian serupa dan mengakselerasi penipisan es di Puncak Jaya.
Baca Juga:
Aktivis HAM Esra Mandosir Meninggal Dunia, LP3BH Manokwari Sebut Kematiannya Diduga Tidak Wajar
"Fenomena El Niño mempercepat pencairan tutupan es di wilayah tropis. El Niño 2023 berpotensi mempercepat pencairan es tropis Papua," kata Donaldi dalam simpulan paparannya.
Glacial maximum atau tingkat es maksimum di Papua terjadi sekitar 20 ribu tahun lalu. Kala itu, suhu Papua lebih rendah 6-7 derajat Celcius dair saat ini. Kemudian, tinggi muka laut di wilayah tersebut juga lebih rendah 120 meter.
Es di Puncak Jaya sempat menghilang sekitar 7 ribu tahun lalu, dan mengalami pertumbuhan kembali atau redevelop pada 5 ribu tahun lalu, sebelum kemudian terus menipis hingga saat ini.
Baca Juga:
Langkah Pengamanan Menjelang Pilkada Serentak, Asistensi Operasi Damai Cartenz di Intan Jaya
Puncak Jaya memiliki tiga wilayah es utama, yakni West Northwall Firn, East Northwall Firm, Carstensz Glacier, namun saat ini hanya tersisa dua wilayah.
"Ada tiga utamanya, yakni West Northwall Firn, East Northwall Firm, Carstensz Glacier. Saat ini yang ada hanya East Northwall Firm, Carstensz Glacier yang ketinggiannya sekitar 4.885 MDPL," terang Donald.
[Redaktur: Sandy]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.