Daryono menerangkan Jawa Barat dan Pulau Jawa pada umumnya adalah kawasan seismik yang aktif dan kompleks. "Banyak sekali sumber gempa," katanya.
Tangkapan layar yang menunjukkan peta sebaran patahan atau sesar gempa di Jawa Barat dan sebagian Pulau Jawa yang telah diidentifikasi. (BMKG)
Baca Juga:
Gempa Sesar Anjak Langsa Magnitudo 4.4, Guncangan Kuat di Wilayah Perbatasan Aceh-Medan
Dia merujuk mulai dari zona outerise di sebelah selatan zona subduksi, lalu zona megathrust, zona benioff penghasil gempa intraslab sampai zona retakan atau rekahan penyebab gempa intraplate. Itu belum termasuk gempa kerak dangkal seperti yang terjadi di Cianjur 21 November.
Para penyintas gempa bumi yang melanda Cianjur di Provinsi Jawa Barat mengenang saat-saat mengerikan dari bencana tersebut.
Catatan tersendiri diberikan Daryono untuk gempa intraslab seperti yang mengguncang Garut (M6,1) dan Sukabumi (M5,8) belum lama ini. Gempa dari kedalaman di bawah zona megathrust ini--patahan yang terjadi karena lempeng Australia yang terus menghunjam di bawah Pulau Jawa--berpotensi menimbulkan guncangan yang sangat kuat.
Baca Juga:
Pemkot Jakarta Barat Sosialisasi Mitigasi Gempa, Antisipasi Megathrust
"Guncangan atau ground motion lebih kuat daripada gempa-gempa magnitudo sekelasnya dari sumber lain, dari zona megathrust sekalipun," katanya sambil menambahkan gempa intraslab paling merusak dicatat terjadi pada 2009 di Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Sedang gempa di Garut dan Sukabumi disyukuri Daryono berasal dari kedalaman di atas 100 kilometer sehingga tidak memberi dampak guncangan kuat. "Juga tidak menimbulkan tsunami karena tidak mampu mengganggu kolom permukaan air laut." [rds]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.