Dan, lanjut dia, Hamas telah menggunakan Telegram untuk memperingatkan warga sipil agar mengungsi dari sebuah daerah sebelum mereka menyerang daerah tersebut.
Namun, laporan Human Rights Watch menyebutkan Hamas juga menggunakan Telegram untuk menyebarkan video-video serangannya.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Sebelumnya, channel Telegram Hamas sempat kebanjiran follower usai melakukan serangan mendadak ke Israel pada 7 Oktober lalu.
Salah satu akun milik Brigade al-Qassam, unit bersenjata gerakan Hamas, mengalami peningkatan pengikut hingga tiga kali lipat. Selain itu, akun tersebut mengalami peningkatan sepuluh kali lipat dalam jumlah penayangan video dan konten lain yang dipostingnya.
Lebih lanjut, saluran Telegram milik Brigade al-Qassam mempunyai sekitar 200 ribu pengikut pada saat serangan terjadi. Pengikut saluran ini kemudian meningkat lebih dari tiga kali lipat, menurut analisis dari Laboratorium Penelitian Forensik Digital Atlantic Council.
Baca Juga:
Komandan Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Utara
Sebelum serangan, unggahan oleh saluran tersebut dilihat rata-rata sekitar 25 ribu kali. Sekarang unggahan saluran tersebut dilihat lebih dari 300 ribu kali, meningkat lebih dari 10 kali lipat.
Saluran lain yang mengunggah pesan video dari juru bicara Hamas memiliki sekitar 166.000 pengikut sebelum tanggal 7 Oktober dan sekarang memiliki lebih dari 414.000 pengikut, menurut Memetica, sebuah perusahaan analisis ancaman.
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.