"Misalkan di zona Selat Makassar, zona perulangan yaitu 1927 kemudian 1968, 1996, dan 2018 artinya 30 tahun, 30 tahun, 30 tahun. Ini yang terjadi di Palu dan sekitarnya," katanya.
Aam menjelaskan, di zona Maluku juga terlihat pola megathrust yakni sekitar 50 sampai 60 tahunan. Zona Maluku juga agak sedikit lebih cepat dari zona selatan Jawa tapi lebih besar dan lebih panjang daripada zona Selat Makassar.
Baca Juga:
Pemkot Jakarta Barat Sosialisasi Mitigasi Gempa, Antisipasi Megathrust
"Misalkan kita lihat 1820, 1889, 1936, 2000, artinya sekitar 50 sampai 60 tahunan," katanya.
Sementara, untuk zona megathrust di selatan Jawa hingga saat ini masih belum bisa dipastikan perulangannya.
"Sedangkan tadi kita masih punya catatan sejarahnya itu terakhir 1818, kita belum punya nih yang crossing sampai 400 tahun. Jadi kita enggak tahu ini terakhir terjadinya kapan," kata Aam.
Baca Juga:
Pemko Gunungsitoli Keluarkan Surat Edaran Waspada Ancaman Gempa Megathrust
"Sehingga kita masih belum bisa menentukan ini kira-kira berapa puluh tahun lagi dia akan perulangan dengan kekuatan 8,8 sampai 9. Ini yang jadi, yang harus menjadi tantangan kita di sisi riset untuk bisa menggali lebih dalam lagi untuk mengetahui di belakang itu historisnya seperti apa," katanya. [rds]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.