WahanaNews.co, Jakarta – Hari ini 6 Agustus, merupakan momen 78 tahun jatuhnya bom atom 'little boy' seberat 5 ton di Hiroshima, Jepang, 1945. Penciptanya, Oppenheimer, pun menyesal di kemudian hari.
Para ahli mengungkapkan ledakan nuklir bisa membuat kekacauan besar pada lingkungan secara global, mulai dari perubahan iklim hingga matinya tanaman.
Baca Juga:
Fajar/Rian Juara Kumamoto Masters 2024
Meski begitu, negara-negara yang memiliki nuklir, yang ledakannya bakal jauh lebih raksasa ketimbang Hiroshima dan Nagasaki, tak kapok melontarkan ancaman perang nuklir.
Kekhawatiran akan terjadinya perang nuklir juga saja sangat besar. Survei American Psychological Association yang mengatakan 69 persen orang Amerika khawatir akan terjadinya perang nuklir, seperti dilansir Fast Company.
Lalu apa yang terjadi jika bom atom kembali mulai meledak?
Baca Juga:
Takumi Minamino Senang Namanya Sejajar dengan Legenda Jepang Shunsuke Nakamura
Melansir CNNIndonesia.com, Minggu (6/08/2023) jika perang nuklir terjadi, dikutip dari Nature, ledakan mulanya akan menyebabkan korban massal dan kehancuran yang tak terbayangkan.
Ketika AS meledakkan dua bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki saja, lebih dari 100 ribu hingga 200 ribu orang tewas akibat ledakan.
Namun, menurut para ilmuwan, kengerian perang nuklir dapat mempengaruhi seluruh planet. Sejumlah penelitian melihat kemungkinan, dengan fokus khusus dampaknya terhadap planet.
Menurut analisis 2012 yang diterbitkan dalam The Bulletin of the Atomic Scientists, dampak dari 100 senjata nuklir yang jatuh di Hiroshima dapat menurunkan suhu di seluruh dunia hingga terjadinya Little Ice Age sekitar tahun 1300 hingga 1850 yang mengakibatkan gagal panen dan kelaparan dalam skala luas.
Dalam studi terpisah, pada 2014, empat ilmuwan atmosfer dan lingkungan AS memodelkan efek samping dari konflik yang juga mengeksplorasi efek ledakan 100 hulu ledak. Hasilnya, lima megaton jelaga dan abu akan memenuhi langit yang menghasilkan "musim dingin nuklir".
Setelah satu tahun pasca ledakan nuklir, suhu rata-rata permukaan bumi akan turun sekitar 2 derajat. Dan setelah lima tahun, bumi akan menjadi tiga derajat lebih dingin dari sebelumnya.
Selain itu, dua puluh tahun ke depan setelah ledakan nuklir bumi akan memanas hingga satu derajat. Lima tahun setelah ledakan, curah hujan juga disebut akan akan mencapai 91 persen dari level saat ini.
Setelah 26 tahun, kita masih akan melihat 4,5 persen lebih sedikit hujan daripada sebelum perang dan akan menyebabkan kondisi kekeringan global. Bergantung pada wilayahnya, musim tanam akan menjadi 10 hingga 40 hari lebih pendek, yang mengakibatkan kelaparan yang meluas.
Lapisan ozon akan berkurang karena radiasi, pada akhirnya menjadi 25 persen lebih tipis selama lima tahun pertama setelah peristiwa tersebut. Setelah 10 tahun, akan ada beberapa pemulihan, tetapi masih 8 persen lebih tipis yang akan mengakibatkan peningkatan kanker kulit dan kulit terbakar.
Peningkatan sinar ultraviolet akan membahayakan kehidupan tumbuhan dan hewan yang selamat dari ledakan awal.
Penelitian yang sama mengatakan tidak perlu 100 rudal untuk menguji teori-teori itu. Bom B83 modern Amerika Serikat 80 kali lebih kuat daripada senjata yang menghantam Hiroshima. Rusia juga telah menguji senjata yang bahkan lebih kuat.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa efek riak dari perang nuklir dapat menghancurkan semua orang di Bumi.
"Kombinasi pendinginan dan peningkatan UV akan memberikan tekanan signifikan pada pasokan makanan global dan dapat memicu kelaparan nuklir global," kata penulis laporan tahun 2014.
Konflik nuklir yang jauh lebih kecil yang lebih memungkinkan terjadi saat ini juga mempunyai efek menghancurkan dunia. Efek nuklir akan mempengaruhi seluruh sistem Bumi, mulai dari lautan hingga atmosfer, mahkluk yang ada di darat sampai ke dasar lautan.
[Redaktur: Alpredo Gultom]