"Peristiwa ketiga istimewa karena itu besar, dan itu diam," kata Jia. "Dalam data yang biasanya kita lihat [untuk pemantauan gempa], itu hampir tidak terlihat."
Memprediksi bahaya kegempaan kompleks bisa sulit, seperti pada gempa Kepulauan Sandwich Selatan. USG pada awalnya melaporkan magnitudo 7,5 gempa dan hanya menambahkan peristiwa 8.2 di hari berikutnya, ketika kejutan tsunami berlapis di laut menjangkau hingga 10.000 kilometer jauhnya dari titik asalnya.
Baca Juga:
22 Tsunami Gate dan 20 Akselerograf Siap Deteksi Bahaya Megathrust di Banten
"Kita perlu memikirkan kembali cara kita untuk memitigasi bahaya gempa-tsunami. Untuk melakukan itu, kita perlu dengan cepat dan akurat mengarakterisasi ukuran sebenarnya dari gempa besar, serta proses fisik mereka," kata Jia, seperti dikutip dari American Geophysical Union, Kamis (10/2/2022).
Karena gempa jenis ini dapat menghasilkan tsunami yang tak terduga, sangat penting untuk meningkatkan prediksi kita.
"Dengan gempa bumi kompleks ini, gempa terjadi dan kita berpikir,'Oh, itu tidak begitu besar, kita tidak perlu khawatir.' Dan kemudian tsunami menghantam dan menyebabkan banyak kerusakan," kata Judith Hubbard, seorang ahli geologi di Earth Observatory of Singapura yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Baca Juga:
Mitigasi Megathrust: BMKG Apresiasi Daerah yang Siap, Tapi Tantangan Tetap Ada
"Studi ini adalah contoh yang bagus tentang bagaimana kita dapat memahami bagaimana kejadian ini berlangsung, dan bagaimana kita dapat mendeteksi mereka lebih cepat sehingga kita dapat memiliki lebih banyak peringatan di masa depan."
Ketika gempa bumi menerjang, ia mengirimkan gelombang getaran melalui bumi. Jaringan monitor gempa global menggunakan gelombang seismik untuk menunjukkan waktu, lokasi, kedalaman dan besarnya gempa bumi. Pemantauan umum sering berfokus pada periode jangka pendek dan menengah, kata Jia, dan periode yang lebih lama dapat ditinggalkan. Tetapi bahkan memasukkan periode panjang ke dalam pemantauan, dengan sendirinya, tidak cukup untuk menangkap gempa bumi kompleks dengan sinyal seismik yang berantakan.
"Sulit menemukan gempa kedua karena ditenggelamkan pada yang pertama," kata Jia. "Ini gempa bumi yang sangat jarang seperti yang diamati. Dan jika kita tidak menggunakan dataset yang tepat, kita tidak bisa melihat apa yang tersembunyi di dalamnya."