WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kita kerap menyepelekan hal-hal kecil yang ternyata bisa berdampak besar, termasuk soal charger ponsel.
Meski terlihat tidak membahayakan, membiarkan charger tertancap di colokan tanpa digunakan dapat memicu berbagai risiko serius.
Baca Juga:
Lembaga Pendidikan Jadi Percontohan, ALPERKLINAS Imbau Semua Instansi Tiru IPB yang Lakukan Efisiensi Pemakaian Listrik di Kampus
Kebiasaan meninggalkan charger tetap terhubung ke listrik meski tidak sedang dipakai sering dianggap hal biasa.
Banyak yang berasumsi bahwa selama tidak mengisi daya perangkat, charger tidak akan membahayakan atau menyedot listrik.
Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu. Charger yang dibiarkan tertancap tetap mengalirkan arus dalam jumlah kecil untuk menjaga sistem internalnya tetap aktif.
Baca Juga:
Regulasi Baru, Produsen Dispenser Harus Penuhi Standar Hemat Energi
Fenomena ini dikenal sebagai vampire power atau daya siaga.
Satu charger mungkin hanya menyedot beberapa watt saat idle, tapi jika dikalikan dengan banyak perangkat di rumah, ponsel, laptop, tablet, kamera, jumlah daya yang terbuang bisa signifikan dalam setahun, dan berdampak pada meningkatnya tagihan listrik.
Lebih dari sekadar pemborosan, risiko keselamatan juga mengintai. Setiap aliran listrik menyebabkan komponen di dalam charger mengalami keausan.
Lonjakan arus atau kualitas charger yang buruk dapat memicu kerusakan fatal, mulai dari meleleh hingga percikan api.
Charger murah tanpa sertifikasi keamanan lebih rentan mengalami panas berlebih dan bisa menjadi sumber kebakaran.
Maka, mencabut charger saat tidak digunakan bukan hanya soal hemat energi, tapi juga langkah pencegahan yang krusial untuk keamanan rumah.
Jika charger mulai terasa panas, berbunyi aneh, atau bentuk fisiknya berubah, sebaiknya segera diganti.
Memutus sambungan saat selesai digunakan adalah kebiasaan sederhana yang bisa menyelamatkan jiwa dan harta.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]