"Percaya pada sistem automasi, kalau sudah diset maka autopilot akan mengatur dan autothrottle akan mengatur sesuai permintaan autopilot. sehingga kondisi ini berdampak pada pengurangan monitor terhadap instrumen dan kondisi yang terjadi," ujarnya.
Selain itu posisi kemudi menjadi berbelok ke kanan, sedangkan pesawat berbelok ke kiri, itu terjadi perubahan, mengakibatkan bank angle warning atau peringatan kemiringan yang berlebih.
Baca Juga:
3 Jenazah Korban Pesawat yang Jatuh di Tangsel dalam Kondisi Utuh
"Perbedaan asumsi dan kurang monitor berakibat pada upaya recovery yang dilakukan pilot tidak sesuai. 4 detik pertama pilot membelokkan ke kiri padahal pesawat sedang berbelok ke kiri," kata Nurcahyo.
Sebelumnya, pada tahun 2021, AirNav Indonesia mengungkapkan bagaimana komunikasi air traffic controller (ATC) yang dilakukan dengan pilot Sriwijaya Air SJ 182 sesaat sebelum dinyatakan hilang.
Pihaknya sempat mengonfirmasi ke pilot saat Sriwijaya Air SJ 182 melakukan belokan ke kiri yang tidak sesuai koordinat.
Baca Juga:
Pesawat Jatuh di BSD, KNKT: Pilot Ingin Mendarat Darurat, tapi Kena Pohon
Dijelaskan, adanya komunikasi perubahan arah dan ketinggian, diantaranya karena cuaca dan ada pesawat yang berada pada ketinggian sama menuju Pontianak. Arahan dari ATC pun dilaporkan dijawab 'clear' oleh pilot Sriwijaya Air SJ 182.
Komunikasi ATC dengan pilot dilaporkan masih baik saat diminta kembali ke posisi 13 ribu kaki. Dan tidak ditemukan indikasi kondisi pesawat tak normal.
Namun, pada pukul 14.39, Sriwijaya berbelok ke kiri. Dan saat ATC menanyakan, tidak mendapat respons hingga Sriwijaya hilang dari radar.