Para periset di NASA dan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), mendeteksi dan mengukur pertumbuhan serta retakan lubang ozon lewat instrumen di langit seperti satelit Aura, Suomi NPP, dan NOAA-20.
Pada 5 Oktober, satelit-satelit itu mengobservasi lubang ozon harian sebesar 26,4 juta kilometer persegi, sedikit lebih besar daripada tahun lalu.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Mengutip LiveScience, angka tersebut menjadi yang terbesar sejak 2015. Namun menurut para ilmuwan, ukuran tersebut masih mengikuti tren keseluruhan yang menurun.
"Semua data mengatakan ozon dalam perbaikan," kata Newman.
Ozon sebetulnya dibuat dan bisa hancur secara alami di lapisan stratosfer. Namun, polusi yang disebabkan manusia menghancurkannya lebih cepat daripada waktu yang diperlukan untuk terbentuk.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Sektor-sektor yang berkontribusi terhadap penipisan lapisan ozon adalah industri yang memproduksi klorin dan bromin seperti kulkas, dan AC.
Menurut Badan Perlindungan Lingkungan, satu atom klorin dapat menghancurkan 100 ribu molekul ozon sebelum molekul klorin itu dihilangkan dari atmosfer.
Di sisi lain, awal tahun ini NOAA melaporkan bahan-bahan penipis lapisan ozon itu telah berkurang sebanyak 50 persen sejak 1980. Laporan itu juga menyebut, jika tren menurun ini terus berlanjut, lapisan ozon bisa sepenuhnya pulih pada 2070.[zbr]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.