Dokumen perusahaan yang dikutip dalam gugatan itu menjelaskan beberapa pejabat Meta mengakui perusahaan merancang produknya untuk mengeksploitasi kekurangan dalam psikologi remaja.
Presentasi internal Meta pada Mei 2020 berjudul 'dasar-dasar remaja' yang mengungkap kerentanan tertentu pada otak anak muda yang dapat dieksploitasi oleh pengembangan produk.
Baca Juga:
Bisa Jadi Saingan Google, Meta Kembangkan Mesin Pencari AI Sendiri
Presentasi tersebut membahas kecenderungan remaja yang didorong oleh "emosi, intrik hal-hal baru, dan penghargaan," serta mempertanyakan bagaimana karakteristik ini dapat "terwujud... dalam penggunaan produk".
Dokumen internal Meta, yang dikutip dalam gugatan tersebut, juga mengungkap perusahaan menyadari algoritma rekomendasinya "memicu pelepasan dopamin (hormon kebahagiaan) secara selang-seling pada pengguna muda" yang dapat menyebabkan siklus konsumsi yang membuat ketagihan pada platformnya.
"Meta telah mengambil keuntungan dari penderitaan anak-anak dengan sengaja merancang platformnya dengan fitur-fitur manipulatif yang membuat anak-anak kecanduan platform mereka sekaligus menurunkan kepercayaan diri mereka," kata Letitia James, jaksa agung New York, salah satu penggugat, dalam sebuah pernyataan bulan lalu.
Baca Juga:
Bos-bos Teknologi Klaim smartphone Bakal Segera Punah, Bakal Ada Chip Neuralinks
Respons Meta
Meta mengatakan dalam sebuah pernyataan gugatan tersebut tidak melihat upaya perusahaan selama satu dekade terakhir untuk membuat pengalaman online yang aman bagi remaja.
Mereka juga mengaku memiliki lebih dari 30 tools untuk mendukung remaja dan orang tua mereka.