WahanaNews.co, Jakarta - NASA baru-baru ini meluncurkan satelit Plankton, Aerosol, Climate, Ocean Ecosystem (PACE) ke luar angkasa.
Langkah ini diambil oleh badan antariksa nasional AS tersebut untuk lebih memahami kesehatan laut, kualitas udara, dan dampak dari perubahan iklim.
Baca Juga:
2 Astronaut Terdampar di ISS, NASA Pastikan Mereka Baru Pulang Tahun Depan
Satelit PACE diluncurkan menggunakan roket SpaceX Falcon 9 dari Space Launch Complex 40 di Cape Canaveral Space Force Station, Florida, Kamis (8/2/2024). NASA mengonfirmasi melalui laman resmi mereka mengenai keberhasilan peluncuran satelit PACE, yang beroperasi sesuai dengan harapan.
"PACE akan membantu kita memahami lebih baik bagaimana partikel di atmosfer dan laut dapat mempengaruhi pemanasan global. Satelit PACE akan mempelajari dampak dari hal-hal kecil yang seringkali tidak terpantau seperti organisme mikroskopis di air partikel mikroskopis di udara," kata Administrator NASA Bill Nelson, Senin (12/2/2024).
Pengamatan dari luar angkasa ini menjadi kunci untuk memahami perubahan iklim dari kualitas udara. Selanjutnya, instrumen warna oseanografis hiperspektral yang dihasilkan oleh satelit memungkinkan peneliti mengukur lautan dan perairan dengan menggunakan spektrum cahaya ultraviolet, apa yang terlihat, dan inframerah jarak dekat.
Baca Juga:
NASA Berhasil Rekam Citra 'Lukisan' van Gogh di Langit Planet Jupiter
Hal ini memungkinkan mengidentifikasi komunitas organisme seperti fitoplankton dalam skala global setiap harinya. Data ini akan sangat membantu memperkirakan kesehatan ekosistem perikanan, melacak ledakan alga yang berbahaya, dan mengidentifikasi perubahan di lingkungan laut.
Selain itu, satelit PACE juga membawa dua instrumen polarimeter yakni Hyper-Angular Rainbow Polarimeter #2 dan Spectro-polarimeter for Planetary Exploration. Keduanya akan mendeteksi bagaimana sinar Matahari berinteraksi dengan partikel di atmosfer, memberikan penelitian informasi baru tentang aerosol atmosfer dan properti awan, serta kualitas udara pada skala lokal, regional, dan global.
Direktur Divisi Ilmu Bumi dari Direktorat Misi Ilmu Pengetahuan NASA, Karen St. Germain sangat mendukung misi ini karena dapat meningkatkan pemahaman tentang peran laut dalam siklus perubahan iklim.