WahanaNews.co, Jakarta - Teleskop yang dimiliki oleh Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) mendeteksi suara atau letusan matahari terbesar dalam beberapa tahun terakhir, yang mengakibatkan gangguan komunikasi radio di Bumi.
Dilaporkan oleh VOA Indonesia pada Sabtu (16/12/2023), pada Kamis (14/12/2023), matahari mengeluarkan suara besar disertai dengan letusan radio yang masif, yang menyebabkan interferensi radio selama dua jam di beberapa wilayah Amerika Serikat (AS) dan bagian dunia lain yang terkena paparan matahari.
Baca Juga:
Viral Kemunculan 2 Matahari di Sumatera Barat, BMKG Beri Penjelasan
Ilmuwan di Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) menyatakan bahwa letusan ini merupakan yang terbesar sejak tahun 2017.
Radiasi yang dihasilkan sangat luas, bahkan memengaruhi frekuensi yang lebih tinggi.
Shawn Dahl dari Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa NOAA pada Jumat (15/12) menyebutkan bahwa kombinasi tersebut menghasilkan salah satu kejadian radio surya terbesar yang pernah tercatat.
Baca Juga:
Tahun 2024 Indonesia Bakal Alami Hari Tanpa Bayangan, Simak Jadwalnya
Timbulkan Gangguan Komunikasi
Beberapa pilot melaporkan gangguan dalam komunikasi yang merasakan dampak di seluruh Amerika Serikat, menurut pusat prediksi cuaca antariksa.
Ilmuwan saat ini sedang memantau wilayah bintik matahari ini dan menganalisis kemungkinan erupsi plasma dari matahari, yang juga dikenal sebagai lontaran massa koronal, yang mungkin berdampak pada
Bumi. Situasi ini dapat menyebabkan badai geomagnetik, seperti yang diungkapkan oleh Dahl, dan badai ini bisa mengakibatkan gangguan pada sinyal radio frekuensi tinggi di lintang yang lebih tinggi serta memicu cahaya utara atau aurora dalam beberapa hari mendatang.
Erupsi matahari tersebut terjadi di bagian paling barat matahari. Observatorium Dinamika Surya NASA merekam aksi ini dalam sinar ultraviolet ekstrem, menangkap gelombang energi yang kuat sebagai kilatan cahaya yang sangat besar dan terang.
Peluncuran pesawat ruang angkasa ini pada tahun 2010 memungkinkannya berada pada orbit yang sangat tinggi mengelilingi Bumi, di mana ia terus memantau aktivitas matahari.
Matahari saat ini mendekati puncak siklus matahari selama 11 tahun atau lebih. Puncak aktivitas bintik matahari diperkirakan terjadi pada tahun 2025.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]