Menurut Kaspersky, serangan siber semacam ini berpotensi menimbulkan kerugian besar mulai dari hilangnya akses ke akun penting, raibnya dana pribadi, hingga penyalahgunaan data yang bisa berimplikasi serius di masa depan.
Perusahaan keamanan siber tersebut menekankan pentingnya kesadaran digital, dengan cara memverifikasi situs resmi, meningkatkan kewaspadaan, serta memanfaatkan solusi keamanan yang terpercaya.
Baca Juga:
Garuda Indonesia – Japan Airlines Kerja Sama Perkuat Ekspansi Jaringan Penerbangan di Asia Pasifik
Fenomena meningkatnya kejahatan phishing eSIM juga didorong oleh pemulihan sektor pariwisata Asia Pasifik pasca pandemi.
Dengan mobilitas wisatawan yang kembali tinggi, kebutuhan akan konektivitas digital ikut melonjak, sehingga eSIM menjadi pilihan praktis bagi turis internasional.
Data terbaru mencatat kawasan Asia Pasifik menerima lebih dari 316 juta kunjungan wisatawan asing pada 2024.
Baca Juga:
Gubernur Olly Dondokambey Ajak Warga Sulut Rawat Kebersamaan untuk Maju Bersama
Jumlah ini memang baru mencapai 13 persen dari kondisi normal sebelum pandemi, tetapi jauh lebih baik dibanding penurunan tajam 74 persen pada 2022.
Bahkan, dalam beberapa tahun mendatang, pertumbuhan tahunan diprediksi berada di kisaran 11 hingga 21 persen, dengan nilai pasar diperkirakan menyentuh 11,5 juta dolar AS pada 2024.
Secara keseluruhan, volume kedatangan internasional di kawasan ini diproyeksikan meningkat dari 619 juta pada 2024 menjadi 762 juta pada 2026.