Jenis pesawat tersebut dipilih untuk menyesuaikan landasan yang rata-rata berada di daerah pegunungan dan terpencil. Padahal dibanding pesawat besar, menurut laporan tersebut pesawat yang berpenumpang 19 orang atau sedikit itu lebih riskan terkena kecelakaan.
Situasi pun diperburuk dengan kurangnya investasi untuk meremajakan pesawat yang mulai menua.Pada 2015, Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) yang menjadi salah satu badan PBB, memprioritaskan Nepal dalam program Aviation Safety Implementation Assistance Partnership.
Baca Juga:
Duta Besar RI Untuk Bangladesh Tinjau Latihan MPE 24 Shanty Prayas IV
Dua tahun kemudian, ICAO dan Nepal mengumumkan kerjasama untuk menyelesaikan masalah keselamatan. Kendati ada perbaikan, sejumlah kecelakaan terbang tetap terjadi.
Kecelakaan terjadi antara lain pada 2016, 2018, dan Mei 2022. Kecelakaan Yeti Air, Senin waktu setempat sendiri menjadi yang terburuk ketiga dalam sejarah penerbangan Nepal. [eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.