WahanaNews.co | Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya memprediksi El Nino kembali datang ke Indonesia tahun ini dan membuat kemarau yang kering.
Ahli mengungkap potensi fenomena El Nino gagal muncul di wilayah Indonesia. Sebaliknya, pengamatan menunjukkan fitur La Nina Modoki yang jika terus berlanjut dapat berdampak pada kemarau yang basah.
Baca Juga:
BMKG Hang Nadim: Kota Batam Berpotensi Hujan Sepanjang Hari Ini
"Pengamatan terkini anomali suhu di Samudra Pasifik menunjukkan fitur La Nina Modoki, bukan El Nino. Apalagi dengan maraknya badai vorteks yg berpotensi terus tumbuh menjadi siklon tropis, maka El Nino bisa saja tertunda bahkan gagal terbentuk," ujar Peneliti Klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin, via akun Twitter, Sabtu (29/4) melansir CNNIndonesia.
El Nino sendiri merupakan fenomena iklim berupa pemanasan Suhu Muka Air Laut (SML) di atas kondisi normal di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan ini bisa mengurangi curah hujan di Indonesia.
Hingga Kamis (4/5), Erma menyebut pengamatan suhu terkini belum menunjukkan sinyal El Nino karena suhu laut di dekat Papua masih menghangat. Selain itu, kelembapan pun masih tinggi di Indonesia.
Baca Juga:
Hingga 25 November: Prediksi BMKG Daerah Ini Berpotensi Cuaca Ekstrem
"Walau diprediksi El Nino lemah, namun pengamatan suhu terkini blm menunjukkan sinyal El Nino karena suhu laut di dekat Papua masih menghangat. Kelembapan pun masih tinggi di Indonesia," tuturnya.
Istilah La Nina Modoki sendiri ditemukan ilmuwan Jepang yang menunjukkan pembentukan tripole atau tiga lokasi yang mengalami anomali suhu, yakni hangat di dekat Papua dan Peru serta di tengah mendingin.
Erma menjelaskan suhu menghangat di dekat Papua ini menyebabkan awan masih banyak terbentuk di Indonesia.
"Kalau La Nina Modoki terus berlanjut ya dampaknya kemarau basah lagi," katanya.
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyebut Indonesia saat ini masuk masa pancaroba atau peralihan musim. Hal ini menyebabkan wilayah seperti Jakarta kerap panas namun hujan di sore hari. Ia menyebut fenomena ini sebagai hujan sporadis.
"Kalau yang cerah berawan tiba-tiba hujan itu kita namakan hujan sporadis. Ini terjadi biasanya pada masa pancaroba," ujar dia, Rabu (3/4).
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan menjelaskan saat ini fenomena iklim yang memicu peningkatan curah hujan, La Nina, masih aktif meski sudah masuk pancaroba.
La Nina sendiri sudah aktif di RI sejak 2020 yang memicu musim kemarau tetap basah alias banyak hujan.
"Jadi sekarang kondisi atmosfer dan laut dari La Nina akan menuju ke arah netralnya," ujar Dodo, Selasa (28/3), "mulai pertengahan tahun ini akan ada fenomena El Nino lemah hingga akhir tahun."
"Ini kita masih dalam bulan-bulan musim penghujan dan akan mengakhirinya," tandasnya.
[Redaktur: alpredo]