“Kami akan memperlihatkan kekuatan kami, tapi tidak semuanya,” ujar seorang juru bicara Angkatan Laut AS, mengindikasikan pentingnya kontrol informasi dalam era persaingan strategis.
Dalam perspektif geopolitik, integrasi AIM-174B mencerminkan kebangkitan kembali doktrin peperangan permukaan AS, yang sempat diabaikan pasca-Perang Dingin.
Baca Juga:
Mesir Lirik J-35 China, Sinyal Retaknya Ikatan Militer dengan AS
Ketika Tiongkok mempercepat modernisasi angkatan lautnya dan memprioritaskan rudal anti-kapal dengan jangkauan panjang, AS justru sempat terjebak dalam euforia kemenangan atas Uni Soviet.
Armada PLA Navy (Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok) pun melaju dengan kekuatan proyeksi yang kian agresif.
Namun, sejak 2016, AS mulai mengejar ketertinggalan. Uji coba rudal SM-6 yang dimodifikasi untuk menghancurkan kapal permukaan menandai titik balik.
Baca Juga:
Bisa Tembus Radar Tanpa Pilot, F-35 Super Siluman Baru Siap Dominasi Langit
Dalam uji coba tersebut, fregat pensiunan USS Reuben James berhasil ditenggelamkan oleh tembakan SM-6, membuktikan keampuhannya di luar fungsi aslinya sebagai rudal permukaan-ke-udara.
Kini, dengan hadirnya AIM-174B, Angkatan Laut AS memegang kembali kartu strategis dalam permainan dominasi maritim.
Rudal ini juga dapat diintegrasikan ke dalam sistem senjata Angkatan Darat seperti Typhon, sebagai bagian dari konsep operasi multidomain, memungkinkan peluncuran rudal dari pulau-pulau strategis di Pasifik guna mengunci akses laut dan udara dari pasukan musuh.